KNKT Rusia Akui Ada Parasut SSJ 100

KNKT Rusia Akui Ada Parasut SSJ 100
KNKT Rusia Akui Ada Parasut SSJ 100
Jika di pesawat tempur, pilot bisa menyelamatkan diri keluar dengan kursi lontar yang mengeluarkan parasut. Namun, Daryatmo mengaku tidak tahu secara pasti posisi dan kondisi parasut saat ditemukan tim identifikasi. ’’Survival kit bukan untuk terbang, tidak ada kaitan dengan kursi lontar. Saya tidak tahu posisinya apakah dekat atau jauh, terbuka atau tidak saya juga tidak tahu,’’ kata Daryatmo.

Di tempat terpisah, Deputi Bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Prof Dr Thomas Djamaluddin, mengungkapkan, berdasarkan hasil risetnya, sebelum hingga saat kecelakaan SSJ 100, Gunung Salak terutup awan comolonimbus. Awan hitam pekat itu memang membahayakan penerbangan.  

Hal tersebut tentu berbeda dengan hasil analisis BMKG bahwa saat itu yang ada di Gunung Salak adalah awan biasa. Padahal baik Lapan maupun BMKG menggunakan data sama. Yakni, berdasarkan rekaman data cuaca dari satelit MTSAT milik Jepang. Satelit tersebut berfungsi mengamati keadaan atmosfer di wilayah Asia Pasifik.

Thomas mengakui adanya perbedaan hasil analisis dengan BMKG meski dari data sama. Data-data dari satelit itu memang belum menunjukkan jenis awan tertentu yang meliputi wilayah tertentu. Pihaknya menyimpulkan adanya comolonimbus setelah menganalisis tiga variabel yakni prosentase liputan awan, indeks konveksi atau pergerakan udara di ketinggian tertentu, dan albedo.

JAKARTA-Kontroversi soal penemuan parasut di lokasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet (SSJ 100) di Gunung Salak sedikit terkuak. Komite Nasional

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News