KNKT Rusia Akui Ada Parasut SSJ 100
Rabu, 16 Mei 2012 – 08:26 WIB
’’Prosentase awan 70 persen, maka hanya ada celah 30 persen yang tidak diliputi awan,’’ ungkap Thomas saat ditemui di Kantor Lapan, di Jalan Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur. Sedangkan semakin tinggi nilai albedo semakin menunjukkan ke ciri-ciri awan comolonimbus. Hasil analisanya, albedo awan di Gunung Salak saat itu mencapai 90 persen.
Berbeda dengan BMKG menganalisis albedo awan hanya 30 persen. Thomas juga menunjukkan pergerakan awan yang menyelimuti Gunung Salak di laptopnya. Data dari situs Lapan yang diambil dari satelit itu menunjukkan awan menutupi Gunung Salak pukul 14.30 hingga puncaknya pada 14.30. Rentang waktu itu merupakan saat Pesawat SSJ lost contact.
Suhu awan tersebut mencapai minus 48 derajat celcius atau jauh di bawah titi beku. Kendati demikian, Thomas tetap enggan berkomentar apakah kondisi awan waktu itu membahayakan penerbangan. Namun dia hanya mengatakan, tidak semua comolonimbus membahayakan penerbangan.
’’Ada juga yang masih bisa diterobos pesawat. Pilot tentunya sudah tahu itu,’’ ungkapnya. Thomas juga menampik anggapan bahwa pilot SSJ 100 menurunkan ketinggian dari 10 ribu ke 6 ribu kaki untuk menghindari awan comolonimbus itu. Sebab itu merupakan keputusan pilot yang kemungkinan besar bisa diketahui hanya dari hasil pembicaraannya di black box.
JAKARTA-Kontroversi soal penemuan parasut di lokasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet (SSJ 100) di Gunung Salak sedikit terkuak. Komite Nasional
BERITA TERKAIT
- 8 Juta Orang Alami Gangguan Penglihatan, Perusahaan Startup Campaign Terjun Lawan Katarak
- Ketua DPD RI Dukung Pengembangan KEK Sorong sebagai Upaya Pendekatan Kesejahteraan di Papua
- Kubu SYL Merasa Ada Pihak yang Mencatut Nama Kliennya untuk Minta Uang
- Gibran Berjanji Akan Terus Mengawal Pembangunan di Kota Solo
- Hemat Operasional Hingga 15 Persen, BPJS Ketenagakerjaan Sabet Penghargaan
- KPK Menyita Rumah di Parepare yang Diduga Hasil Pencucian Uang SYL