Koki Perempuan: Walau Banyak Diremehkan, Tak Sedikit yang Prestasinya Mengesankan
"Kita harus angkat barang-barang berat, satu karung gula saja misalnya sudah 25 kilogram, kita juga harus angkat-angkat daging," katanya.
"Memotong daging kan juga butuh tenaga. Apalagi untuk orang yang bekerja di depan grill atau wajan, panasnya luar biasa."
Semakin lama, Ocha merasa terbiasa dengan beban kerja demikian. Namun, tidak dapat disangkal stigma terhadap koki perempuan masih tetap ada.
"Kalau bekerja dengan laki-laki [di dapur], mereka menganggap perempuan itu lebih lemah, misalnya enggak kuat angkat apa-apa," katanya.
"Ya memang benar sih ada beberapa perempuan yang memang enggak kuat, tapi banyak juga perempuan yang kalau saya lihat malah lebih tangguh daripada laki-laki yang ada di dapur."
Ocha menilai bahwa koki perempuan lebih tangguh secara fisik dan emosional dan juga adalah pemimpin yang hebat.
"Misalnya ketika sedang ramai pesanan, mereka enggak terlalu stress dan lebih bisa handle pressure," katanya.
Di sisi baiknya, Kesia merasa bahwa peluang bagi koki perempuan semakin terbuka lebar dengan semakin majunya pemikiran para pelaku industri kuliner.
Dalam industri kuliner yang masih didominasi laki-laki, koki perempuan masih sering merasa dianggap tidak mampu melakukan pekerjaan berat di dapur
- Bakamla RI Menjemput 18 Nelayan Indonesia di Australia, Lihat
- Dunia Hari Ini: Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi, 37 Orang Tewas
- Verifikasi dengan Swafoto Bersama Kartu Identitas: Seberapa Aman dan Bisa Diandalkan?
- Polda NTT Periksa 6 WNA Asal Tiongkok
- Dunia Hari Ini: Surat Kabar Inggris Digugat Pangeran Harry
- Apa yang Menyebabkan Dwi Kewarganegaraan Indonesia sekadar Wacana?