Komisi X DPR Apresiasi Sekolah Tapal Batas

Komisi X DPR Apresiasi Sekolah Tapal Batas
Komisi X mengunjungi sekolah tapal batas. Foto: Humas DPR

jpnn.com, NUNUKAN - Tim Panja Standar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah (SN Dikdasmen) Komisi X DPR mengapresiasi Yayasan Ar-Rasyid Nunukan, yang menyelenggarakan Sekolah Tapal Batas, di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

Sekolah ini menjadi media belajar anak-anak yang berada di daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI sekaligus Ketua Tim Kunjungan Abdul Fikri Faqih mengatakan, kehadiran sekolah ini menjadi harapan bagi orang tua yang bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Pasalnya, TKI yang bekerja di wilayah Malaysia itu tak dapat menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah Malaysia. Bahkan kabarnya, sebelum adanya Sekolah Tapal Batas ini, banyak anak-anak yang tidak bersekolah.

“Kami mengapresiasi langkah Ibu Suraidah (Kepala Sekolah Tapal Batas) yang mendirikan Sekolah Tapal Batas ini, dengan menyelenggarakan sekolah setingkat Madrasah Ibtidaiyah. Dan untuk tingkat SMP dan SMA, dengan menyelenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk mengejar Paket B dan C. Ini tentunya harus mendapat apresiasi dan atensi, sehingga kita dapat membantu untuk sekolah-sekolah di perbatasan,” kata Fikri di sela-sela peninjauan Sekolah Tanpa Batas, Selasa (6/3).

Politisi F-PKS itu menilai, fasilitas pendidikan untuk anak-anak TKI di perbatasan dengan Malaysia terkesan tidak dijamin. Padahal Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan, pendidikan yang layak menjadi hak setiap setiap warga negara.

Menurutnya, seharusnya negara hadir untuk menyelesaikan permasalahan di daerah perbatasan.

“Dari kunjungan ini, Panja Dikdasmen menemukan banyak fakta yang menunjukkan bahwa sektor pendidikan kita harus berbenah. Untuk mendapatkan formula yang baik untuk pendidikan di masa depan, kami harus melihat Indonesia secara utuh. Tidak hanya Jawa, tapi juga di daerah perbatasan,” tandas Fikri.

Sekolah ini menjadi media belajar anak-anak yang berada di daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News