Komplikasi dari Diabetes Berpotensi Sebabkan Kebutaan

Komplikasi dari Diabetes Berpotensi Sebabkan Kebutaan
Komplikasi dari Diabetes Berpotensi Sebabkan Kebutaan

jpnn.com - DIABETIC retinopathy (DRP) telah lama menjadi ancaman para penderita diabetes. Meski secara global angka prevelensinya masih terbilang kecil, yakni 3 persen, penyakit itu tetap perlu diwaspadai.

Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan adalah screening mata bagi penderita diabetes. DRP adalah komplikasi vaskular (berhubungan dengan pembuluh darah) yang terkait dengan diabetes.

Menurut spesialis mata dari RSUD dr Soetomo dr Muhammad Firmansyah SpM, penderita DRP di Surabaya semakin meningkat. Namun, secara angka dia belum bisa memastikan. Sebagai gambaran, di poli mata-retina RSUD dr Soetomo saja, lanjut dia, di antara 40 pasien per hari, hampir 70 persen mengidap gejala DRP. "Ini yang di RSUD dr Soetomo, belum di rumah sakit lain," ujarnya Senin (21/10).

Jika dulu penderita DRP berkisar 40-50 tahun, saat ini penderitanya menyentuh usia 30 tahun. "Paling muda saya temui usia 30 tahun sudah terkena DRP," imbuhnya.

Kenaikan itu semata karena pola hidup yang semakin tidak terkontrol. Misalnya, pola makan serta gaya hidup yang tidak sehat. Indikasi DRP, menurut Firman, bisa dilihat dari gambaran pembuluh darah yang abnormal pada retina mata. Jika demikian, harus diwaspadai adanya diabetes.

"Kalau ada pembuluh darah yang abnormal pada retinanya, saya sarankan langsung ke penyakit dalam untuk segera memeriksakan kondisi karena kemungkinan besar diabetes," ujarnya.

Alumnus FK Unair itu juga menjelaskan, DRP terdiri atas dua jenis, yakni nonproliferatif dan proliferatif. Nonproliferatif boleh dibilang stadium awal. Artinya, pembuluh darah yang rusak tidak berpotensi kebutaan.

Sementara itu, proliferatif berbahaya karena pembuluh darah yang rusak membuat pembuluh darah baru yang abnormal. Pecahan pembuluh darah tadi menyebar ke seluruh mata hingga mengakibatkan kebutaan.

DIABETIC retinopathy (DRP) telah lama menjadi ancaman para penderita diabetes. Meski secara global angka prevelensinya masih terbilang kecil, yakni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News