Komunitas 29 Februari di Kendari: Banjir Hadiah, tapi Sempat Kesal

Komunitas 29 Februari di Kendari: Banjir Hadiah, tapi Sempat Kesal
Komunitas 29 Februari di Kendari merayakan ulang tahun bersama. Foto: dok/Kendari Pos

jpnn.com - KENDARI - Tak bisa dibantah. Lahir tanggal 29 Februari dianggap sangat unik. Tanggal itu tidak setiap tahun hadir dalam penanggalan. 

Di Sulawesi Tenggara, mereka yang lahir tanggal 29 Februari cukup banyak. Nah, 17 orang yang lahir tanggal spesial itu membentuk komunitas sendiri sebagai wadah saling curhat. "Mungkin masih banyak lagi orang yang lahir tanggal 29 Februari. Namun yang sering berkomunikasi hanya 17 orang ini," ungkap Julhan Sifadi, pria yang lahir di Kendari, 29 Februari 1984. 

Sebuah kenikmatan tersendiri bisa meniup lilin pada kue tar berhiaskan usia yang terbentuk dari lilin. "Pokoknya spesial. Soalnya hanya sekali dalam empat tahun. Orang-orang yang lahir tanggal 29 Februari itu langka, tiup lilinnya pun langka," ujar Julhan.

Selain Julhan, ada pula Wa Ode Asriati Gau (alumni STIKES Mandala Waluya), Vivi Fatmawati (advokat Vivi & Partnert), dan Darta Ali (karyawan swasta di Kota Kendari) yang lahir pada tanggal dan bulan yang sama. Mereka merayakan ulang tahunnya kali ini dengan nuansa yang spesial.

Wa Ode Asriati Gau sudah beranjak 28 tahun. Namun, ia baru merayakan hari lahirnya sesuai tanggal kelahirannya selama 7 kali. Ia merayakan ulang tahunnya dengan sangat istimewa. Perempuan yang baru saja genap berusia 28 tahun ini, baru benar-benar yakin jika usianya telah bertambah ketika hari kelahirannya tertulis di kalender. Ia pun banjir hadiah dan ucapan selamat dari kerabat dan teman-temannya. 

"Tanggal 29 Februari kemarin, saat jarum jam menunjuk pukul 00.00, HPku tidak berhenti bunyi. Entah itu pesan melalui BBM, SMS, Whatsapp, Line. Bahkan ada beberapa orang yang menelepon langsung. Mereka hanya mengucapkan selamat. Saya juga dapat kado special dari keluarga dekat. Pokoknya dapat banyak doalah," katanya. 

Senada, Vivi Fatmawaty merasa ulang tahunnya begitu spesial. "Saya ini keturunan Tionghoa. Ada adat dan tradisi yang melarang kami untuk merayakan ulang tahun selain 29 Februari. Katanya sih pamali. Bisa pendek umur-lah dan semacamnya," kesal Vivi.

Vivi sempat marah waktu kecil. Ia kesal lahir tanggal 29 Februari. Ia terpaksa merayakan ulang tahun bersama sepupu-sepupunya agar bisa melepas kekecewaan. Namun, kemarahan Vivi bisa teratasi setelah mendapat penjelasan dari sang ibu. "Mau merayakan setiap tahun, dilarang. Tapi akhirnya saya paham bagaimana perjuangan mamaku melahirkan saya ke dunia ini," ungkap Vivi. (la ode yogi ambar sakti/*/b/adk/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News