Kondisi Pekerja Indonesia di Pabrik Daging yang Pernah Jadi Klaster COVID Australia

Akhirnya, seluruh karyawan termasuk Kristiani sendiri harus beradaptasi dengan aturan yang ada, salah satunya keharusan memakai masker selama rata-rata delapan jam bekerja.
"Harus ganti [masker] berulang-ulang, sih. Kalau tidak, basah ... [dalam sehari saya bisa] mengganti empat kali."
Kristinani bekerja di dalam ruangan 'cool room' yang kurang ventilasi, namun ia mengaku tidak khawatir dengan potensi penularan virus corona.
Baca artikel terkait:
- Pasang surut bisnis warga Indonesia di Melbourne saat 'lockdown' kedua diberlakukan
- Seberapa membantu tunjangan uang dari Pemerintah Australia bagi warga Indonesia yang berhak mendapatkannya?
- Warga Melbourne disarankan menggunakan masker bila keluar rumah dan jika tak bisa jaga jarak
Pabrik sempat ditutup saat ada yang tertular
Sementara Heri khawatir jika sesama karyawan berpotensi membawa dan menularkan virus kepada yang lainn
"Khawatirnya kalau misalnya ada orang-orang baru [dari proses] rekruitmen. Agak takut juga karena kami gak tahu mereka dari mana," kata Heri yang adalah pemegang Work and Holiday Visa tahun kedua.
Mengetahui tingginya risiko penularan di pabrik daging, Heri mengatakan lebih berhati-hati dalam bepergian di luar rumah karena takut akan kemungkinan membawa dan menularkan virus kepada karyawan lainnya di pabrik.
Ketakutan Heri bukannya tidak beralasan.
Pabrik daging merupakan salah satu sumber penularan COVID-19 atau klaster tempat kerja terbesar di Victoria
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina