Kondisi Suku Marind Papua Jadi Tesis Terbaik di Australia

Kondisi Suku Marind Papua Jadi Tesis Terbaik di Australia
Dr Sophie Chao (kanan) meneliti kehidupan suku Marind-Anim di Merauke. Foto: ABC

Program MIFEE sendiri, kata Dr Sophie, bukan hanya perlu memperhatikan kepentingan ketahanan pangan nasional tapi juga ketahanan pangan penduduk setempat.

"Dari segi kebijakan, perlu adanya titik temu antara kepentingan pangan nasional dengan kepentingan pangan warga setempat," jelas Dr Sophie yang pernah jadi konsultan badan pangan dunia FAO.

Ia menjelaskan, hilangnya makanan hutan telah menimbulkan persoalan serius bagi ketahanan pangan penduduk Marind.

"Makanan hutan seringkali memiliki keseimbangan nutrisi yang baik. Ada sagu sebagai sumber karbohidrat, ada daging babi dan daging kasuari untuk protein, serta segala macam sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral," ujar Sophie yang juga salah satu pengurus Australian Anthropological Society.

Kondisi Suku Marind Papua Jadi Tesis Terbaik di Australia Photo: Pemerintah RI sejak beberapa tahun lalu mulai mendorong pembukaan lahan berskala besar termasuk untuk perkebunan sawit di wilayah Merauke, Papua. (Kiriman: Sophie Chao)

 

Saat ini, makanan hutan telah berganti beras, mie instan, dan biskuit, sehingga timbul masalah malnutrisi yang menyebabkan tingginya tingkat 'stunting', infertilitas, kekurangan yodium dan kalsium.

"Meskipun mereka diberi segala macam makanan pengganti tersebut, namun bagi mereka itu tidak bikin kenyang dan tidak punya makna dalam kosmologi mereka," jelas Dr Sophie.

'Kelapa sawit membunuh sagu'

Kelapa sawit membunuh sagu

Menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama suku Marind Anim di Merauke, Papua, antropolog dari Australia, Sophie Chao berhasil merekam dampak buruk perkebunan kelapa sawit bagi penduduk setempat

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News