Kondisi Suku Marind Papua Jadi Tesis Terbaik di Australia
"Hutan dipandang sebagai suatu dunia kehidupan, dunia nenek moyang, sehingga jika hutan hilang, itu bukan hanya kehilangan lingkungan hidup tapi sama dengan kehilangan segalanya bagi orang Marind," tambahnya.
Konflik akibat kelapa sawit
Hal lain yang diungkap dalam tesis Dr Sophie adalah kehadiran perkebunan kepala sawit yang menimbulkan konflik horisontal di kalangan penduduk Marind.
"Ada pro-kontra dalam masyarakat. Ada yang menerima kompensasi ada pula yang tidak," ujarnya.
Photo: Ketahanan pangan nasional di Indonesia seharusnya tidak begitu saja menghancurkan ketahanan pangan masyarakat suku di Papua. (Kiriman: Sophie Chao)
Menurutnya ada kasus dimana suku Marind menandatangani kontrak dengan pihak perkebunan, tanpa memahami apa konsekuensi dari kontrak tersebut.
Pembukaan lahan untuk program MIFEE sudah berlangsung sejak sekitar satu dekade lalu dan sebagian perkebunan kepala sawit saat ini masih dalam tahap awal pengembangan.
Dari penelitian Dr Sophie terungkap banyak warga suku Marind yang merasa proyek kebun sawit dijalankan tanpa persetujuan mereka.
Hal itu, tak ayal lagi, memicu konflik warga dengan perusahaan, maupun konflik sesama warga sendiri terkait hak atas tanah, kesempatan kerja, serta ganti rugi.
Menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama suku Marind Anim di Merauke, Papua, antropolog dari Australia, Sophie Chao berhasil merekam dampak buruk perkebunan kelapa sawit bagi penduduk setempat
- Profil Paulus Waterpauw, Tokoh Besar yang Masuk Bursa Calon Gubernur Papua
- Dunia Hari Ini: Pendiri Mustika Ratu Tutup Usia
- Kenapa Ibu Negara Masih Akan Sangat Berpengaruh di Indonesia?
- Mantan Kaba Intelkam Polri Paulus Waterpauw Masuk Bursa Pilgub Papua
- 5 Berita Terpopuler: PPPK Tak Perlu Khawatir, Wakil Rakyat Punya Solusi soal Penempatan Guru, Pertama dalam Sejarah
- Dunia Hari Ini: Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik