Kondisi Suku Marind Papua Jadi Tesis Terbaik di Australia

Kondisi Suku Marind Papua Jadi Tesis Terbaik di Australia
Dr Sophie Chao (kanan) meneliti kehidupan suku Marind-Anim di Merauke. Foto: ABC

Lagu ini, kata Dr Sophe lagi, menyampaikan penghancuran kehidupan yang dipicu oleh serbuan kelapa sawit, tanaman monokultur yang dampaknya paling merusak.

"Orang Marind menegaskan sawit ini telah membunuh sagu mereka," katanya.

Memakai terminologi kolonisasi botanis, Dr Sophie menggambarkan bagaimana tanaman sawit mengambilalih lahan dan kaitannya dengan posisi warga Papua dalam konteks negara Indonesia.

"Banyak orang Marind sekarang menyebut kelapa sawit sama dengan penjajah," jelas Dr Sophie.

'Hutan akan jadi guru kamu'

Disertasi S3 yang ditulis Dr Sophie berjudul In the Shadow of the Palms: Plant-Human Relations Among the Marind-Anim, West Papua memperoleh penghargaan dari Asian Studies Association of Australia (ASAA) John Legge Prize sebagai Tesis Terbaik 2019 dalam kajian Asian Studies.

Ketua ASAA, Edward Aspinal dalam sebuah pernyataan menjelaskan, disertasi Sophie Chao berhasil mengungkap dan menganalisis hubungan dinamis antara manusia dengan hutan di Papua.

Dikatakannya, penelitian ini menunjukkan dampak mematikan dari kolonisasi botanis dari budidaya monokultur terhadap aneka jaringan dan konfigurasi keberadaan masyarakat suku Marind di dunia ini.

Karya Dr Sophie ini juga meraih penghargaan dari Australian Anthropological Society, serta Macquarie University Vice-Chancellor's Commendation.

Menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama suku Marind Anim di Merauke, Papua, antropolog dari Australia, Sophie Chao berhasil merekam dampak buruk perkebunan kelapa sawit bagi penduduk setempat

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News