Kondisi Warga Indonesia di Kota-kota Dunia dengan Jumlah Kasus Virus Corona Tertinggi

Kondisi Warga Indonesia di Kota-kota Dunia dengan Jumlah Kasus Virus Corona Tertinggi
Marlina mengaku jika keluarganya lebih memanfaatkan waktu bersama di rumah, ketimbang dipenuhi rasa ketakutan akibat pemberitaan di media. (Koleksi pribadi)

Di antara anggota keluarga yang lain, Maria mengaku mengalami gejala yang paling berat, dengan pernafasan yang semakin sulit akibat memilik asma, serta kehilangan rasa saat makan.

"Hari terberat itu ke-4, 5, dan 6. Saya hanya di tempat tidur saja, jalan cuma ke toilet, itupun sangat melelahkan."

"Hari ke-7, kalau pernafasan masih sulit, rencana mau telepon ambulans lagi. Puji Tuhan, semua gejala hilang hari itu, panas badan hilang, batuk hilang, dan paru-paru tidak kontraksi lagi."

Menurutnya, kemungkinan mereka tertular saat perjalanan menggunakan kereta, alat transportasi umum di London.

Sekarang Maria dan keluarganya sudah dalam proses pemulihan, yang menurut dokternya membutuhkan waktu antara lima sampai enam minggu.

"Sekarang minggu keempat semenjak gejala hari pertama, masih batuk-batuk, dan nafas pendek kalau banyak bergerak," ujarnya yang merasa lelah meski hanya berjalan 10 menit.

"Banyak teman-teman dan keluarga yang berminat mendengarkan kisah langsung, apalagi yang bisa sembuh, terutama karena berita-berita yang beredar dimedia sangat menakutkan," katanya yang mengaku sebagai salah seorang yang pertama sembuh dari COVID-19 di London.

Prancis: Rasa cemas sudah tertular

Kondisi Warga Indonesia di Kota-kota Dunia dengan Jumlah Kasus Virus Corona Tertinggi Photo: Rizal Halim sudah tinggal di Paris sejak tahun 1994. (Foto: koleksi pribadi)

 

Warga Indonesia yang tinggal di negara-negara dengan ratusan ribu kasus virus corona tidak hanya merasa khawatir soal kesehatan mereka

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News