Konselor Sebut Kesehatan Mental Keluarga Terancam Akibat Pandemi
Selain itu, Dini menjelaskan pola hidup selama pandemi yang berubah juga turut mempengaruhi kesehatan mental keluarga. Adanya budaya work from home dan school from home memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak positif seperti mengurangi pengeluaran dan anggota keluarga berkumpul dengan utuh di rumah.
Namun, di sisi lain ada tantangan, seperti pekerjaan yang tidak kunjung habis meskipun bekerja dirumah, orang tua yang mengambil peran untuk mengajarkan anak layaknya guru di sekolah,.
"Adanya kejenuhan pada anggota keluarga karena terlalu sering di rumah juga kadangkala membuat kesehatan mental keluarga terusik. Selain itu, penggunaan yang intens pada gadget karena aktivitas yang serba online ini memicu maslaah lain seperti kecanduan gadget," beber Dini.
Dini menuturkan adanya ketakutan untuk pergi keluar karena adanya pembatasan baik berskala besar maupun kecil yang seringkali dipersepsikan membatasai ruang gerak keluarga.
Pertemuan yang sangat sering dirumah tanpa diimbangi dengan aktivitas yang berkualitas tentu membuat keluarga jenuh.
"Terlebih pada beberapa keluarga yang rumahnya memiliki keterbatasan seperti terlalu sempit, gelap, dan kotor yang memicu stress pada anggota keluarga," katanya.
Pada aspek lain, lanjut Dini, pendapatan juga turut mempengaruhi kesehatan mental keluarga. Para suami yang biasanya mendapat penghasilan besar yang kemudian setelah pandemi menjadi kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
Konselor dari Rumah Konseling Dini Hanifa, S.Tr., S.Psi. menyebut perkembangan kesehatan mental keluarga cukup rentan di masa pandemi.
- Pembekalan Teknologi Digital untuk Nasabah PNM Terus Digeber
- BRI Lakukan Buyback, Ini Sebabnya
- Pesan Muhammadiyah soal Pengelolaan Tambang: Harus Berkesinambungan
- Maluku dan NTT Punya Segudang Potensi, tetapi Menghadapi Banyak Masalah
- Rasio NPL Bank Mandiri Terjaga di Level 1,02 Persen selama Kuartal I 2024
- Pesan Penting Kemendagri dalam Musrenbang Riau 2024