Konten Kreator Jangan Asal Viral, Ingat Mulutmu Harimaumu 

Konten Kreator Jangan Asal Viral, Ingat Mulutmu Harimaumu 
Konten kreator dituntut tidak hanya mementingkan viral, tetapi tanpa adanya sisi edukasi. Foto dok. Kemenkominfo

jpnn.com, JAKARTA - Konten kreator dituntut tidak hanya mementingkan viral, tetapi tanpa adanya sisi edukasi. Harus tetap ada batasan-batasan dan juga mampu mendidik masyarakat, selain juga menghibur.

“Seringkali ditemui beberapa orang yang membuat konten di luar nalar yang hanya mengincar viral saja tanpa mementingkan pesan positifnya,” kata Angga Nggok, anggota Podkesmas dalam kegiatan Festival Literasi Digital di Parking Lot Mall Phinisi Point, Makassar, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, akhir pekan lalu.

Angga mengatakan konten yang menghibur tetap harus mempunyai border atau batasan, bukan hanya berisi candaan yang tidak mempunyai edukasi. Seperti yang dilakukan Podkesmas (Omesh, Angga Nggok, Surya Insomnia, dan Imam Darto) yang menyelipkan pesan moral di balik konten yang menghibur.  

"Kami selalu berupaya menyelipkan pesan moral kepada pendengar," ujarnya.

Kemenkominfo menjembatani hal itu dengan membuat program literasi digital yang berisi berbagai kegiatan edukatif baik secara daring maupun luring dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital. Yaitu, kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Dalam talk show Melek Literasi Digital: Menjadi Viral Tanpa Hilang Moral para narasumber mengajak masyarakat Makassar untuk melek literasi digital agar mampu memanfaatkan teknologi dan media sosial sebaik-baiknya serta tidak hanya asal mengejar bisa viral.

“Perlu mengingat bahwa menjadi viral tidak semuanya mengenai hal positif saja,” kata Ketua Tim Literasi Digital Sektor Kelompok Masyarakat, Rizki Ameliah dalam keterangannya, Kamis (1/12).

Moral bisa disamakan dengan etika, ketika memasuki rumah orang lain maka sebaiknya memberi salam ataupun permisi. 

Konten kreator dituntut tidak hanya mementingkan viral, karena berbahaya. Seberapa besar bahayanya, para pakar berbicara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News