Konten Sosmed Soal Bekerja sambil Berlibur Bikin Resah Warga Indonesia di Australia

Konten Sosmed Soal Bekerja sambil Berlibur Bikin Resah Warga Indonesia di Australia
Bekerja di perkebunan sebagai pemetik dan pengepak mangga menjadi pilihan banyak pemegang WHV. (Foto: Koleksi Pribadi)

"Waktu saya datang itu, Australia baru buka lagi setelah lockdown, jadi memang kerjaan sedang banyak-banyaknya karena kurang orang [pekerja] ... ya saya jadi cepat dapat kerja dan banyak tawarannya," kata Izzy.

"Kalau sekarang, karena sudah kayak kembali normal lagi, mungkin enggak segampang itu [dapat pekerjaan]."

Izzy menilai selain konteks situasi dalam negeri Australia, ada juga faktor lain yang menurutnya tidak bisa diprediksi.

"Rezeki orang juga beda-beda ya, mungkin yang di medsos itu pas dapet kerjaannya cepat, jenis dan rate-nya bagus, jam kerjanya juga panjang, tapi pada kenyataannya enggak semua orang bisa begitu kan."

"Ada kalanya mungkin dapet yang rate-nya bagus, tapi jam kerjanya enggak panjang karena kendala cuaca misalnya," ujarnya.  

Izzy menjelaskan, bayaran untuk setiap pekerjaan berbeda-beda, walaupun memang ada aturan upah minimum, sehingga mematok jumlah tertentu sebagai ekspektasi pendapatan bisa jadi tidak akurat.

Hal ini pernah dialami oleh Felicia.

"Waktu kerja memetik tomat atau di mining, pendapatannya memang sudah oke, tapi pernah waktu kerja di kebun strawberry, saya cuma dapet AU$175 seminggu, sementara harga sewa seminggu AU$125, jadi sisanya bener-bener ya udah deh makan nasi pakai nugget aja dan diam di rumah aja enggak ke mana-mana."

Menurut pengamatan ABC Indonesia, sejumlah konten di Instagram dan TikTok sering menyebut mudahnya mencari pekerjaan bagi peserta WHV

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News