Kontribusi Migas Belum Maksimal
jpnn.com, BALIKPAPAN - Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Syaifudin mengatakan, pihaknya menyadari ada isu-isu negatif dalam industri perminyakan dan gas bumi.
“Bukan hanya ke arah dana bagi hasil (DBH), justru lebih ke multiplier effect dari sisi tenaga kerja sampai penyediaan barang dan jasa oleh kontraktor lokal,” ucapnya, Jumat (12/7).
Bahkan dari sektor industri itu juga menghasilkan pajak yang nilainya cukup besar.
“Artinya, dampak manfaatnya ke ekonomi dan pembangunan daerah cukup nyata,” sambungnya.
BACA JUGA: 4 Faktor yang Memengaruhi Industri Ritel
Dia mencontohkan Balikpapan yang tidak memiliki pertambangan batu bara, tetapi merasakan manfaat dari industri emas hitam tersebut. Di antaranya berupa kantor perusahaan yang berpusat di Balikpapan.
“Kontraktor-kontraktor juga di sini. Jadi Balikpapan dapat multiplier effect. Orang akhirnya berkegiatan ekonomi di sini, belanja di sini, menginap dan makan, pajak-pajaknya kan berputar,” sebutnya.
Pemerhati Ekonomi dari Universitas Mulawarman Aji Sofyan Effendi, menjelaskan, dana bagi hasil migas masih belum memberikan kontribusi nyata. Seperti miskin manfaat di tengah anggapan Kaltim kaya sumber daya alam.
Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Syaifudin mengatakan, pihaknya menyadari ada isu-isu negatif dalam industri perminyakan dan gas bumi.
- Perhutani dan SKK Migas Tanam Ribuan Bibit Pohon di Bogor
- Masih Muda, Pembunuh Satu Keluarga di Penajam Paser Utara Terancam Hukuman Mati
- Bicara Perubahan, Anies Ingin Menyelesaikan Masalah Mendasar di Kaltim
- Temuan Cadangan Gas Jumbo Bakal Jadi Harapan Baru Komersialisasi Hilir Gas Bumi
- Ditanya Cara Mengatasi Pertambangan Ilegal, Ganjar Singgung Penegakan Hukum
- IKN dan Era Baru Pulau Kalimantan