Kontribusi Migas Belum Maksimal

Kontribusi Migas Belum Maksimal
Ilustrasi eksplorasi migas. Foto: Kaltim Post/JPNN

“Sebanyak 90 persen pendapatan Kaltim bersumber dari dana transfer pusat, 80 persen dari itu berasal dari industri migas dan batu bara. Cadangan minyak Indonesia cuma 0,5 persen dari cadangan dunia,” tegasnya.

Namun, dia mengakui kontribusi SKK Migas beserta perusahaan minyak dan gas cukup terasa di Kaltim.

Hal itu terlihat dari ratusan jumlah kontraktor serta sub kontraktor yang terlibat dalam kegiatan hulu.

“Yang bisa kita lihat itu serapan tenaga kerja dengan menghasilkan pemasukan per kapita naik dan angka kemiskinan menurun. Namun, jangan terbiasa bergantung dari DBH. Harus ada inovasi,” imbuhnya

Aji Sofyan membeberkan, dana bagi hasil yang pembangunan ekonomi di wilayah Kaltim sangat minim.

"Miris saya, Kaltim yang kaya akan produksi minyak dan gas ternyata 82 persen di dalamnya masih ada desa tertinggal," katanya

Melihat kondisi itu, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman ini merancang formula bagaimana agar dana bagi hasil migas bisa dimanfaatkan untuk membangun desa tertinggal.

“Kan ironis. Sebagai daerah penghasil migas terbesar, tetapi 82 persen desanya tertinggal.  Dengan bahasa yang simpel ini perlu kita carikan solusi. Solusinya itu DBH merupakan pertambahan alokasi DBH plus alokasi formula,” katanya.

Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Syaifudin mengatakan, pihaknya menyadari ada isu-isu negatif dalam industri perminyakan dan gas bumi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News