Korban Kebejatan Calon Pendeta di Alor NTT Bertambah Lagi, Ya Ampun

Korban Kebejatan Calon Pendeta di Alor NTT Bertambah Lagi, Ya Ampun
Ilustrasi pelecehan seksual terhadap siswi SMA yang dilakukan calon pendeta. Foto: Dokumen JPNN.com

jpnn.com, KUPANG - Korban dugaan kekerasan seksual yang dilakukan calon pendeta Majelis Sinode GMIT di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) bertambah lagi dari 12 orang menjadi 14 orang.

Korban tersangka berinisial SAS ini sebagian besar di antaranya anak di bawah umur.

“Ada dua lagi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh SAS yang melapor ke Polres Alor,” kata Kepala Polres Alor Ajun Kombes Ari Satmoko saat ditemui di Kupang, Kamis malam.

Kapolres menyampaikan hal itu menanggapi kasus dugaan kekerasan seksual dengan tersangka SAS, seorang calon pendeta yang bertugas di Alor, yang telah melakukan perbuatan asusilanya terhadap korban yang sebagian besar anak di bawah umur sejak Mei 2021 hingga Maret 2022.

Selain sebagai korban kekerasan seksual, belasan anak itu juga diketahui sebagai korban pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Ari Satmoko menjelaskan dari 14 korban kekerasan seksual itu, ada 10 orang adalah anak usia di bawah 17 tahun, sedangkan empat korban lainnya remaja berusia di bawah 19 tahun.

Sejumlah saksi sudah diperiksa penyidik Polres Alor, termasuk para korban dan orang tuanya. Para korban yang diperiksa adalah saksi bagi korban yang lain.

"Beberapa korban sudah menjalani visum di rumah sakit dan sudah memberikan keterangan terkait kasus ini,” kata Kapolres didampingi Kasat Reskrim Polres Alor Iptu Yames Jems Mbau.

Korban dugaan kekerasan seksual yang dilakukan calon pendeta Majelis Sinode GMIT di Kabupaten Alor, NTT, bertambah lagi dari 12 orang menjadi 14 orang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News