Korea Utara Dituduh Bantu Suriah Produksi Senjata Kimia

Artikel tersebut mengklaim bahwa laporan PBB yang belum dirilis itu memberi bukti bahwa teknisi rudal Korea Utara terlihat bekerja di pabrik senjata kimia dan rudal di Suriah.
Menurut The New York Times yang telah melihat laporan tersebut, laporan yang disusun untuk Panel Pakar Komisi Sanksi PBB, yakni sekelompok penyidik yang fokus pada kepatuhan Korea Utara terhadap sanksi PBB, ini menyatakan bahwa kemungkinan komponen senjata kimia itu adalah bagian dari sekurang-kurangnya 40 pengiriman bagian rudal yang dilarang dikirim dari Korea Utara ke Suriah antara tahun 2012 dan 2017.
Tidak jelas apakah laporan tersebut akan dirilis.
"Pemahaman saya, yang baru saja melihat laporan pers, adalah bahwa ini laporan yang masuk ke Panel Komite Sanksi Pakar," kata Dujarric.
Juru bicara PBB tersebut juga mengatakan bahwa penembakan antara pemberontak dan pasukan pemerintah di Suriah tidak berhenti, meskipun ada sebuah gencatan senjata yang diperintahkan oleh PBB, dan tidak aman bagi tim bantuan untuk mengirim bantuan kemanusiaan dan medis ke Ghouta Timur dan bagian lain dari Suriah yang dilanda perang.
Presiden Suriah Bashar al-Assad setuju untuk menghancurkan senjata kimia negaranya pada tahun 2013.
Namun, pejabat Amerika Serikat dilaporkan percaya bahwa Assad secara diam-diam menyimpan sebagian dari persediaan bahan kimia dan mungkin terus mengembangkan persenjataan Suriah.
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina