Kota Leeton di Pedalaman Australia Membuka Diri untuk Pendatang dan Pencari Suaka

Kota Leeton di Pedalaman Australia Membuka Diri untuk Pendatang dan Pencari Suaka
Pendatang asal Pakistan, Ali Mehdi, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memenuhi persyaratan menetap di Leeton, kota pedalaman di New South Wales. (ABC Riverina: Romy Stephens)

Ketika ayah Ali Mehdi, seorang migran asal Pakistan, meninggal pada tahun 2017, dia mulai mencari negara lain untuk pindah bersama keluarganya.

Ali berusaha mencari tempat di mana anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang baik dan memiliki kebebasan bergerak. Dia akhirnya mendarat di Australia.

Setelah bertahun-tahun mengurus dokumen dan penundaan akibat COVID-19, Ali bersama keluarganya kini menetap di Leeton, sebuah kota pedalaman di New South Wales.

Berbekal gelar master di bidang perencanaan kota, dia berhasil mendapatkan pekerjaan pada pemerintah kota itu.

"Saya cukup beruntung menemukan tempat di Pemerintah Kota yang luar biasa ini. Kebanyakan orang di sini memperlakukan saya seperti... Saya tidak bisa menemukan kata untuk menggambarkannya," kata Ali Mehdi.

"Dalam perencanaan kota ada istilah yang kami gunakan, yaitu 'Kecil itu indah'. Begitu juga kota ini, Leeton," paparnya.

Kisah Ali Mehdi hanyalah salah satu kisah sukses pendatang dan pengungsi yang kini menetap di Leeton, yang menjadi subjek laporan penelitian Universitas Charles Sturt, Universitas Australia Selatan, dan Dewan Multikultural Wagga Wagga.

Laporan itu menyebutkan pada tahun 2016 Kota Leeton memiliki proporsi tertinggi orang Afghanistan di kawasan pedalaman NSW.

Di Leeton, sebuah kota pedalaman di New South Wales Australia, para pendatang dan pencari suaka merasa diterima dengan tangan terbuka

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News