Krisis Air Bersih Berkepanjangan di Sumbawa Harus Segera Diatasi

Krisis Air Bersih Berkepanjangan di Sumbawa Harus Segera Diatasi
Ilustrasi krisis air bersih. Foto : Pojokpitu

jpnn.com, SUMBAWA - Praktisi Kesehatan Penyakit Dalam, Ari Fahrial Syam menyoroti krisis air bersih yang masih terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Apalagi, kekeringan di Sumbawa terjadi setiap tahunnya dan tidak pernah kunjung berakhir.

Dia pun mengingatkan, kekeringan bisa saja memunculkan penyakit diare. Sebab, warga memiliki keterbatasan mendapatkan air dengan kualitas yang baik.

Hanya saja, dia menilai, kasus-kasus diare di daerah memang harus dilihat dulu penyebabnya. Terlebih, sanitasi yang buruk juga bisa menjadi penyebab diare.

“Artinya, sumber dari virus itu larinya dari makanan dan minuman. Jadi kalau makanan itu kita konsumsi, tercemar tentu menjadi infeksi. Kemudian minuman tercemar, menjadi infeksi,” kata dia dalam keterangannya.

Saat ini, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat, ada 42 desa yang tersebar di 17 kecamatan di Sumbawa yang mengalami krisis air bersih saat ini. Dampaknya, ratusan ribu warga kekurangan air bersih.

Ironisnya, masalah menahun ini berbanding lurus dengan jumlah kasus diare yang terbilang tinggi. Berdasarkan Profil Kesehatan NTB tahun 2019, puskesmas dan RS di Kabupaten menangani 11.439 kasus diare pada semua umur dan 4.331 kasus diare pada balita.

Anggota DPRD Provinsi dari Fraksi Gerindra, H Talib, mengaku prihatin mendapati sejumlah desa dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Pemerintah dimintanya untuk tanggap, karena air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan.

Penambahan jumlah sumur dan kedalamannya juga perlu dilakukan untuk mengatasi krisis air bersih.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News