Krisis Ekonomi, Saatnya Genjot Promosi

Harris Thayeb Terpilih Ketua PPPI 2008–2012

Krisis Ekonomi, Saatnya Genjot Promosi
Ketua PPPI 2008-2012 Harris Thajeb (kanan) bersama Sekjen PPPI AM Adhy Trisnanto. Foto: AGUNG WIJAYA/RADAR BANDUNG
JAKARTA - Turbulensi finansial global sebaiknya tidak menyusutkan secara drastis bujet promosi para perusahaan. Sebab, justru dalam kondisi inilah perusahaan dapat menangkap peluang untuk meningkatkan penjualan maupun citra.

”Memang krisis global, mau tidak mau, menurunkan bujet promosi para perusahaan. Tapi, semestinya itu tidak turun drastis karena bisa digunakan untuk tetap berpromosi,” ujar Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) 2008–2012 Harris Thajeb kepada Jawa Pos Sabtu (6/12).

Harris baru saja terpilih sebagai ketua PPPI dalam Kongres XIV PPPI di Bandung. Adhy Trisnanto, yang pada kepengurusan PPPI 2005–2008 menjabat ketua internal organisasi dan pengembangan daerah, terpilih sebagai sekretaris jenderal (Sekjen).

Menurut Harris, dalam situasi seperti saat ini, para pelaku usaha di dunia periklanan memang dituntut berusaha lebih keras untuk menjaga profitabilitas. ”Misalnya, para pelaku usaha di dunia periklanan harus mampu memberikan added value kepada para klien,” tuturnya. Dia mencontohkan program riset hasil iklan yang mesti diberikan kepada klien agar mampu mengukur tingkat keefektifan bentuk promosi yang dihasilkan sebuah biro iklan.

Dalam masa-masa mendatang, sambung dia, para perusahaan akan lebih selektif dalam mengucurkan dana promosi. Arah yang jelas, efektif, dan efisien bakal dilakukan. Tak ada lagi jorjoran iklan. ”Itu tantangan bagi pelaku usaha di dunia periklanan, bagaimana menyusun bujet yang efektif dan efisien, tapi sasaran iklan tetap tercapai,” ujarnya.

Hal itu, kata dia, membutuhkan kemampuan riset dan pemilihan media iklan yang tepat guna dan tepat sasaran, baik untuk media cetak maupun media elektronik. ”Harus tahu betul, media cetak A, misalnya, ternyata lebih efektif daripada media B untuk kategorisasi tertentu. Begitu pula sebaliknya,” jelasnya.

Untuk tahun depan, kendati ada ancaman penurunan bujet promosi perusahaan, peluang besar ada pada iklan politik yang diprediksi booming seiring momentum pemilu legislatif dan presiden.

Ke depan, kata mantan ketua hubungan internasional PPPI itu, pihaknya akan banyak berkomunikasi dengan pelaku usaha periklanan di daerah. Sebab, selama ini masih ada kesan, SDM-SDM periklanan hanya menumpuk di kota-kota besar. ”Padahal, SDM di daerah tidak kalah banyak. Nanti, kita lebih rutin bersosialisasi dan berbagi bersama teman-teman di daerah,” tuturnya.

JAKARTA - Turbulensi finansial global sebaiknya tidak menyusutkan secara drastis bujet promosi para perusahaan. Sebab, justru dalam kondisi inilah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News