Kristen-Muhammadiyah, Kristen-NU, dan Kristen-Islam

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Kristen-Muhammadiyah, Kristen-NU, dan Kristen-Islam
Logo Muhammadiyah. Foto/ilustrasi: muhammadiyah.or.id

Muhammadiyah secara umum lebih cenderung mengharamkan ucapan selamat Natal. Adapun NU lebih luwes dan akomodatif terhadap praktik ini.

Baca Juga:

Beberapa waktu belakangan ini sedang viral istilah "Krismuha" sebagai akronim dari ‘Kristen-Muhammadiyah’. Istilah ini provokatif karena bisa menggoyang asas paling dasar dari misi dakwah Muhammadiyah sebagai gerakan tauhid.

Krismuha mengesankan adanya varian baru yang merupakan bauran dari praktik sinkretis Kristen dan Muhammadiyah.

Ternyata tidak. Krismuha bukan varian teologis, tetapi sekadar varian sosiologis yang menggambarkan munculnya kooperasi antara penganut Kristen dan aktivis Muhammadiyah dalam hal pendidikan di sekolah.

Istilah Krismuha sebenarnya sudah cukup lama beredar. Mahasiswa dan mahasiswi pemeluk Kristen yang kuliah di perguruan tinggi Muhammadiyah, sejak dahulu juga kerap dijuluki sebagai Krismuha.

Belakangan viral bersamaan dengan penerbitan buku berjudul sama oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu’ti.

Buku itu tidak menggambarkan fenomena sinkretisme atau pencampuran agama antara Kristen dengan Islam, tetapi hanya mengungkap fenomena sosial mengenai toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, seperti di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Serui (Papua), dan Kalimantan Barat.

Toleransi itu terjadi pada tataran pendidikan formal, bukan pada praktik teologis dan peribadatan. Istilah Krismuha menggambarkan adanya interaksi antara siswa-siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Istilah Krismuha -dari akronim Kristen dan Muhammadiyah- sebenarnya sudah cukup lama beredar. Krismuha bukanlah varian teologis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News