Kualitas Caleg Selamatkan Parpol
Partisipasi Publik pada Pemilu 2014 Terancam
Senin, 11 Maret 2013 – 05:36 WIB
Menurut Marbawi, fenomena demokrasi pluralis tumbuh subur. Hal itu terlihat dari identitas kepartaian yang rendah. Hanya 20 persen publik yang memiliki identitas tersebut. Itu berbanding lurus dengan sentimen antipartai yang tinggi.
"Mereka rata-rata berasal dari kelas menengah atau elite politik yang terpinggirkan. Kalau tidak dikelola, berbahaya. Kekuatan otoriter akan tumbuh," imbuh dia.
Pragmatisme, jelas Marbawi, muncul pasca dimulainya fenomena pemilihan kepala daerah (pilkada). Fenomena itu kemudian memunculkan political society. Kalangan seperti itu cenderung rasional, menguji, dan membutuhkan pendekatan logistik seperti uang dan janji.
"Itu yang menyebabkan kepercayaan kepada parpol pendek. Semua dibaca serba-elektoral. Model political itu membuat sulitnya pelembagaan politik yang sehat," ujarnya. Marbawi menilai, tidak berjalannya fungsi pendidikan politik oleh parpol juga menjadi sebab. (bay/c11/agm)
JAKARTA - Kepercayaan publik kepada parpol terus merosot seiring dengan berbagai kasus korupsi yang menyeret kalangan elit parpol. Jatuhnya kepercayaan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Gerindra Demak Siap Memenangkan Sudaryono, Ketua DPC: Hukumnya Fardu Ain
- Survei Terbaru: Sudaryono Jadi Pilihan Masyarakat Sebagai Gubernur Jateng 2024
- Inilah 14 Nama Bakal Calon Wali Kota Solo dari PKS, Ada Tokoh PDIP
- Sinyal Kuat Pembantu Jokowi Ini Maju Pilgub Jateng Lewat PDIP, Siapa?
- Kirim Utusan Ambil Formulir Cagub Jateng di PDIP, Hendrar Prihadi: Mohon Doa Restu
- Megawati Minta Kader PDIP Turun ke Akar Rumput Menjelang Pilkada, Beri Pengetahuan untuk Rakyat