Kucing Jembatan

Oleh: Dahlan Iskan

Kucing Jembatan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - DARI Changsha saya ke Nanchang. Juga naik kereta cepat. Hanya 1,5 jam. Beda dengan perjalanan saya dulu naik mobil: 10 jam. Sebelum ada jalan tol dan kereta cepat.

Di Nanchang saya ingin menengok tempat saya kursus bahasa Mandarin 20 tahun lalu: Jiangxi Shifan Daxue. IKIP Jiangxi.

Ibu kota provinsi Jiangxi ini juga terus berubah. Dulu, sebelah barat sungai ini hanya sawah. Sekarang sudah jadi kota baru yang penuh gedung tinggi.

Baca Juga:

Dulu hanya ada satu jembatan, kini tiga, bahkan sudah ada terowongan bawah sungai masing-masing tiga lajur. Jaringan kereta bawah tanahnya juga sudah banyak rute.

Di ujung salah satu jembatan besar itu ada dua patung. Di kanan dan kiri. Patung kucing. Kucing jadi pahlawan baru di sana. Yang di kiri kucing hitam, yang di kanan kucing putih.

Kalau Anda mau menebak untuk apa patung itu, Anda pasti benar: untuk mengenang Deng Xiaoping.

Baca Juga:

Ia adalah pemimpin besar pembangunan ekonomi Tiongkok modern. Yang kalimat mantranya Anda sudah hafal: tidak peduli kucing itu berwarna hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus.

Deng memang pernah dibuang di Nanchang. Sejauh 1.600 km di selatan Beijing. Di zaman Revolusi Kebudayaan. Tepat di sekitar Indonesia dilanda G30S/PKI di tahun 1965.

Deng Xiaoping pernah dibuang di Nanchang. Sejauh 1.600 km di selatan Beijing. Di zaman Revolusi Kebudayaan. Tepat di sekitar Indonesia dilanda G30S/PKI.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News