Kuliahkah di Lebanon

Oleh Dahlan Iskan

Kuliahkah di Lebanon
Dahlan Iskan (nomor 2 dari kiri) bersama para mahasiswa Indonesia di Lebanon saat makan malam bersama di sebuah restoran di Beirut. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Ia mahasiswa di kota pantai Tripoli. Yang dulu ibu kota Lebanon. Perlu naik bus tiga jam untuk makan di Beirut ini. Asalnya Palembang. Sekolah di Darul Qur’an Jakarta. Milik Ustaz Yusuf Mansyur itu.

“Saya menyalami Pak Dahlan waktu itu. Saat bapak ke pondok kami. Saya tahu bapak ke makam kiai jam dua malam,” katanya.

Role model itu, katanya, sangat dirindukan. “Saat ini hanya ada TGB,” ujar Alif. Yang ia maksud adalah Tuan Guru Bajang. Doktor lulusan Al Azhar Mesir. Hafal Qur’an. Jadi gubernur NTB dua pereode. Penggemar bersepeda jarak jauh.

Pernah juga, katanya, ada DR Hidayat Nur Wahid. Lulusan Madinah. Yang pernah jadi ketua MPR. Intelektual PKS.

“Semoga di antara kami ini ada yang jadi role model masa depan,” ujar Alif.

Role model. Begitu banyak anak muda yang merindukan itu.

Saya bahagia malam itu. Saya ingin lebih lama bercengkerama bersama mereka. Saya tanya: jam berapa restoran tutup. Dijawab: jam 2 malam. Berarti masih banyak waktu.

Di Lebanon memang aneh. Restoran baru ramai menjelang tengah malam. Cafe-cafe begitu ramai. Tengah malam.

Tinggal di Lebanon berarti hidup di tengah banyak aliran. Wilayah Hizbut Tahrir ada. Partai komunis pun ada. Tidak dilarang. Tapi juga tidak laku. Paling demo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News