Lai Ching-te

Oleh: Dahlan Iskan

Lai Ching-te
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Wen-je anti kemapanan.

Meski kalah, dukungan untuk calon dari partai Koumintang sangat besar. Di atas 35 persen. Itu yang membuat pemenang tidak bisa mengabaikannya.

Setidaknya tidak akan mungkin pemenang pilpres kali ini akan menyatakan Taiwan merdeka. Mungkin cukup dengan status quo seperti sekarang: independen. Sambil pelan-pelan bergantung ke Amerika Serikat: agar kian eksis.

Sikap Tiongkok sudah jelas. Tiongkok sudah merevisi konstitusi: begitu Taiwan menyatakan merdeka harus diserang.

Tiongkok sendiri terus berusaha mengisolasi Taiwan dari pengakuan internasional. Kian sedikit negara yang punya hubungan diplomatik dengan Taiwan. Satu per satu dipreteli oleh Tiongkok.

Tiongkok tentu berharap Koumintang menang. Tapi rasanya masih lama Koumintang bisa memenangi pemilu di Taiwan. Ada ''hantu hidup'' yang membayang-bayanginya: kasus Hong Kong.

Apa yang terjadi di Hong Kong begitu hidup di benak anak muda Taiwan.

Kebebasan di Hong Kong akhirnya ternyata dibatasi. Mereka tidak peduli alasan pembatasan itu: gara-gara demo anarki yang tidak kunjung berhenti di Hong Kong. Selama dua tahun. Sebelum Covid-19. Hampir setiap hari.

Tidak ada kejutan di Taiwan: capres yang didukung presiden incumbent-lah yang menang. Tsai Ing-wen pilih mendukung wakilnya, Lai Ching-te, untuk nyapres. Menang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News