Lakukan 9 Jurus, Produksi Jagung di Nganjuk Raup Rp 1 Triliun

Lakukan 9 Jurus, Produksi Jagung di Nganjuk Raup Rp 1 Triliun
Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi pada panen raya jagung varietas Nakulaa Sadewa (Nasa) SinKembar Tongkol di Desa Joho Kabupaten Nganjuk, Jumat (6/9). Foto: Kementan

jpnn.com, NGANJUK - Di musim kemarau, Kabupaten Nganjuk tetap mampu berproduksi jagung, dan hingga saat ini luas tanamnya mencapai 31 ribu hektar. Varietas jagung yang dipanen yakni Nakulaa Sadewa (Nasa) SinKembar Tongkol, hasilnya mampu meraup Rp 1 triliun.

"Usaha tani di jagung ini cukup menjanjikan, perputarannya bisa mencapai Rp 1 triliun. Hitungannya biaya produksi per hektare mencapai 15 juta dengan provitas 9 ton per hektar, di sini minimal 7 ton perhektare. Jadi bila 1 kilogram jagung butuh biaya produksi Rp 1.600 kemudian harga jualnya Rp 3.800 maka ada sisa keuntungan Rp 2.200 per kilogram," demikian dikatakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi pada panen raya jagung varietas Nakulaa Sadewa (Nasa) SinKembar Tongkol di Desa Joho Kabupaten Nganjuk, Jumat (6/9).

Suwandi menyatakan dengan pendapatan Rp 30 juta per hektar, bila dikalikan luas 31 ribu hektar maka perputaran bisa mencapai hampir Rp 1 triliun dan keuntungan bersihnya Rp 700 Miliar. Menurutnya, besarnya hasil yang diraup panen jagung tersebut karena petani sudah mulai menerapkan 9 jurus sebagai solusi permanen dalam mengatasi kenaikan harga input dan penurunan harga output (jual). "Di sisi lain, kami apresiasi atas kerja keras yang telah dilakukan pemerintah daerah dan TNI selama ini," ujarnya.

BACA JUGA: Terapkan 9 Jurus, Produksi Jagung di Nganjuk Raup Rp1 Triliun

Terkait harga jagung, Suwandi menuturkan ada solusi permanen dalam mengatasinya. Harga naik atau turun itu bukan penyebab, tetapi sebagai akibat, sehingga petani jangan mempermasalahkan akibat, jangan mengeluh. "Pemerintah ingin petani menjadi mandiri dengan mencari faktor pembentuk harga sebagai penyebabnya,"ucapnya.

Adapun 9 jurus solusi permanen atasi harga input naik dan harga output turun, pertama, efisiensi input. Caranya dengan benih unggul, pupuk organik, pestisida nabati dan hayati buatan sendiri, mekanisasi sehingga input lebih murah dan saat harga output jatuh pun masih di atas BEP (Break Event Point).

"Kedua, kemitraan dengan Bulog, industri pakan, maupun peternak rumah tangga. Ketiga, perbaikan sistem logistik melalui tunda jual dan yang keempat melalui resi gudang," beber Suwandi.

BACA JUGA: Kementan Perkuat Regulasi HPT Mendukung Akselerasi Peningkatan Produktivitas Pakan Ternak

Di musim kemarau, Kabupaten Nganjuk tetap mampu berproduksi jagung, dan hingga saat ini luas tanamnya mencapai 31 ribu hektar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News