Lantik PNS di Kuburan, yang Mau Cerai Harus Menghadap Dirinya

Lantik PNS di Kuburan, yang Mau Cerai Harus Menghadap Dirinya
Bupati Tegal Ki Enthus Susmono. Foto: Sekaring Ratri/Jawa Pos

Dalam program cinta produk lokal, Enthus mulai mewajibkan seluruh agenda rapat pemkab memanfaatkan konsumsi dengan bahan baku lokal. Bahkan, pihaknya mengeluarkan surat edaran bupati untuk menggunakan makanan lokal pada rapat dinas apa pun. ’’Kita ganti semua makanan kayak roti yang mengandung terigu dengan penganan berbahan dasar ketela atau ubi. Ya, jajanan pasar lah. Kita mulai dari situ,’’ katanya.

Untuk program cinta desa, Enthus berkomitmen memberikan kontribusi Rp 100 juta per desa. Telah disiapkan anggaran Rp 27,8 miliar untuk 281 desa dan enam kelurahan. Menariknya, program tersebut ada sebelum berlangsung program pemerintah pusat terkait dengan transfer dana desa. ”Jadi, kita sudah duluan. Nanti tinggal ditambahkan yang dari pusat,” katanya.

Sementara itu, pada program cinta budaya, Enthus tidak melupakan asal usulnya sebagai dalang. Pemkab Tegal pun beberapa kali mengadakan event kesenian. ”Salah satunya, kita mengadakan Festival Wayang Dulongmas (Kedu, Pekalongan, Banyumas).

Masih Sering Ndalang untuk Rakyat

Kiprah Ki Enthus dalam dunia pedalangan sudah tidak diragukan lagi. Berkat ketokohannya sebagai dalang, dia menerima gelar doktor honoris causa bidang seni budaya dari International College of Business Missouri, USA, dan Laguna College of Business and Arts, Calamba, Filipina, pada 2005. Berbagai penghargaan bergengsi pun pernah diperoleh.

Bahkan, ratusan karyanya tersimpan rapi di beberapa museum. Di antaranya, Tropen Museum di Amsterdam, Belanda; Museum of International Folk Arts (MOIFA), New Mexico; dan Museum Wayang Walter Angts, Jerman.

Namun, siapa sangka, tidak sedikit yang mengkritik, bahkan berniat menggugat, Ki Enthus karena masih aktif mendalang sekalipun sudah menjabat bupati. Pihak-pihak tersebut menilai, pejabat kelahiran 21 Juni itu tidak serius dalam melakoni perannya sebagai kepala daerah.

Enthus pun menanggapi santai protes-protes tersebut. ’’Karena, jujur saya ini punya tanggungan untuk menghidupi 170 orang. Mereka bekerja di sawah dan ngurusi sampah. Mereka ikut saya sejak belum jadi bupati. Kalau cuma ngandalkan gaji yang Rp 6.300.000, ya nggak cukup,’’ paparnya.

BEGITU menduduki Bupati Tegal pada 8 Januari 2014, Ki Enthus Susmono galau. Bagaimana tidak, Tegal pernah menempati papan atas kabupaten terkorup

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News