Larangan Ekspor Rotan Mentah, Industri Hulu Dirugikan

Larangan Ekspor Rotan Mentah, Industri Hulu Dirugikan
Larangan Ekspor Rotan Mentah, Industri Hulu Dirugikan
Sesuai dengan permintaan pasar di pulau Jawa, pihaknya juga memperketat sortiran. Di tingkat petani, kata Efendi, kebijakan ini cukup berdampak pada produktivitas, walau pun pihaknya menaikan harga pembelian. “Sejak mulai efektif diberlakukan kebijakan ini Januari lalu saya belum pernah mengirim ke pulau jawa karena pasokan bahan baku sangat terbatas. Kalau pengusaha lain mungkin ada yang mengirim,” keluh pengusaha rotan yang memiliki pabrik pengolahan di Kelurahan Kayu Malue, Palu Utara ini.

Bukan hanya terancam tutup, akibat kebijakan pelarangan ekspor rotan asalan dan setengah jadi, pihaknhya juga mengalami kerugian yang cukup besar. Banyak stok rotan yang siap ekspor terancam tidak bisa di pasarkan lagi.

“Jadi memang, dampak dari kebijakan ini sangat kami rasakan,” sebutnya.

Hal senada diungkapkan Yerry, manager CV Budi Mulia, salah satu industri rotan di wilayah Palu Utara. Yerry mengakui dari 3 unit pabrik pengolahan rotan yang dikelolannya, satu unit tutup sama sekali. Sementara 2 unit lainnya berjalan tapi sudah tidak normal. Dua  unit pabrik yang masih beroperasi tersebut, mempekerjakan karyawan sisa sekitar 30 persennya saja.

“Kendalanya pasokan bahan baku itu. karena beda dengan sebelum ada kebijakan pelarangan ekspor rotan asalan dan setengah jadi itu, sekarang kami membeli rotan dari petani hanya jenis dan ukuran tertentu saja. Ini sangat memberatkan petani,” cerita Yerry.

PALU - Kebijakan larangan ekspor rotan asalan, mentah dan setengah jadi yang tertuang dalam Permendag No.35 tahun 2011 mulai dirasakan dampaknya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News