Lebaran Mik
Oleh: Dahlan Iskan
Menghadapi vonis itu dr Mok pilih meninggal di Jakarta. Ia juga pilih menjalani proses paliatif: sekadar agar tidak menderita karena sakitnya bukan main. Diberikanlah morfin.
Ketika masih bisa menyanyi, dokter Mik mengajak dr Mok menyanyi bersama. Jarak jauh. Di rumah masing-masing. Pakai jaringan internet. Direkam. Diedit. Jadilah video duet itu. Menarik sekali. Mengharukan. Lihatlah sendiri di video yang menyertai tulisan ini.
Tanggal 7 April lalu dr Mok masih berniat merayakan ultah ke 73. Teman-temannya diundang. Dokter Mik juga akan ke Jakarta. Semua tahu itulah ulang tahun terakhir mereka secara bersama.
Persis satu minggu sebelum acara itu dokter Mok meninggal dunia.
Saya pun memberi tahu dua teman bahwa dokter Mik meninggal. Lalu buru-buru saya ralat.
Mok dan Mik kelahiran Lombok. Lalu ikut ayah mereka pindah-pindah: Yogyakarta, Surabaya. Setamat SMA mereka mendaftar ke Unair. Naik bus dari Lombok. Ingin masuk fakultas kedokteran.
Tiba di Surabaya pendaftaran sudah ditutup. Keduanya merayu pimpinan Unair agar bisa diterima. Setelah dites akhirnya diterima.
"Sejak SMA Mok lebih pintar dari saya," ujar Mik. "Kalau misalnya ia ranking 1, saya ranking 6," tambahnya.
SAYA berlebaran ke rumah dokter Mik. Minta maaf. Saya pernah mengabarkannya meninggal dunia: bulan lalu.
- Seragam Baru
- Istri Dorman Borisman Kenang Kebaikan Mendiang Suami: Sangat Baik, Tidak Pernah Marah
- Pajero Jatuh ke Jurang Sedalam 200 Meter di Cianjur, Sopir Meninggal Dunia
- Peragaan Busana Patterns of Hope, Sumbangkan Rp 100 Juta untuk Anak Pengidap Kanker
- Beranggotakan Lebih 500 Dokter, DAS Gelar Halalbihalal di SMAN 8 Jakarta
- Timah Kolektor