Lebih dari 800 Ribu Data Nasabah KreditPlus Diduga Bocor

Lebih dari 800 Ribu Data Nasabah KreditPlus Diduga Bocor
Laman KreditPlus. Foto: Tangkapan layar KreditPlus

Pihak penyelenggara sistem transaksi elektronik harus mulai menjadikan data penggunanya sebagai prioritas keamanan. Pilih teknologi enkripsi teraman dan semua data harus dienkripsi.

Data offline juga harus mendapatkan model pengamanan yang tidak kalah ketat. Untuk mencegah pencurian data berulang, perlu diadakan penetration test dan juga bug bounty.

Setiap PSTE bisa memberikan reward yang layak pada setiap pihak yang menemukan celah keamanan pada sistem mereka.

"Hal ini sering dilakukan Apple, Google, FB, Amazon dan raksasa teknologi lainnya,” jelasnya.

Dia berpendapat peristiwa pencurian data yang terus berulang ini sebaiknya mendorong Kemenkominfo dan BSSN untuk lebih sering turun ke lapangan melakukan edukasi dan memaksa PSTE membangun sistem yang baik, terutama melindungi data nasabah atau pelanggan platform mereka.

Karena keamanan siber ini akan menjadi salah satu hal yang dijadikan patokan investor untuk berbisnis di tanah air.

“Sebelum pemilik layanan bisa mengamankan data pribadi penggunanya, kita juga harus bisa mengamankan data pribadi kita sendiri," ujarnya.

Misalnya, Pratama mencontohkan, buat password yang baik dan kuat, aktifkan two factor authentication. Pasang antivirus di setiap gawai yang digunakan, jangan menggunakan wifi gratisan.

Praktisi keamanan siber Pratama Persadha mengungkap lebih 800 ribu data nasabah KreditPlus diduga bocor.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News