Lengser

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Lengser
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Presiden Jokowi hampir tidak pernah mengutip filosofi kekuasaan Jawa dalam komunikasi politiknya. 

Namun, beberapa saat setelah pelantikannya sebagai presiden periode kedua Juli 2019 lalu, Jokowi mengutip tiga butir filosofi kekuasaan Jawa Lamun sira sekti aja mateni, lamun sira banter aja ndisiki, lamun sira pinter aja minteri.

Artinya, “Kalau kamu perkasa jangan membunuh, kalau kamu kencang jangan mendahului, kalau kamu pintar jangan memintari.”

Presiden Soeharto dikenal sangat lekat tradisi filsafat Jawa. Semua keputusan strategis Pak Harto didasarkan pada kepercayaannya kepada filosofi Jawa.

Dalam biografi ‘’Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya’’ (1989), Soeharto mengungkap filosofi hidup dan pandangan politiknya dalam perspektif filsafat Jawa.

Pemikiran Soeharto banyak memengaruhi lanskap politik Indonesia selama tiga dasawarsa. 

Banyak terminologi Jawa yang kemudian diserap menjadi terminologi politik Indonesia. 

Ketika Soeharto mengundurkan diri pada 1998, dia memakai idiom filsafat Jawa ‘’lengser keprabon madeg pandito’’, bergerser dari kekuasaan dan menjadi bapak bangsa. Terminologi ‘’lengser’’ kemudian populer sampai sekarang.

Jokowi adalah penguasa pasca-Jawa. Dialah Raja Pasca-Jawa yang mendekonstruksi semua paradigma kekuasaan lama sejak Soekarno.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News