Lengser

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Lengser
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Dalam demonstrasi 21 April 2022 di Jakarta, sekelompok mak-mak yang tergabung dalam ‘’Aliansi Rakyat Menggugat’’ meneriakkan tuntutan agar Presiden Jokowi mengundurkan diri. 

Salah seorang juru bicara mak-mak itu memakai istilah ‘’lengser’’ untuk menggambarkan pengunduran diri Jokowi.

Si mak juga membandingkan dengan lengsernya Pak Harto dan meminta Jokowi mengikuti langkah Pak Harto untuk lengser keprabon.

Di antara tujuh presiden Indonesia, hanya Soeharto yang secara rutin mengutip falsafah Jawa sebagai falsafah politik dan pemerintahannya. 

"Presiden Jawa” lainnya nyaris tak pernah mengutip falsafah Jawa. Bung Karno lebih asyik dengan referensi pemikir-pemikir dunia, baik dari Barat, Timur, dan pemikiran-pemikiran klasik Yunani dan lainnya.

Sepeninggal Pak Harto, Presiden Gus Dur lebih identik dengan budaya dan khazanah pemikiran pesantren dalam kutipan-kutipannya. 

Sebagaimana Bung Karno, Gus Dur mempunyai referensi filsafat politik yang sangat kaya, dan karenanya dia tidak secara spesifik merujuk pada filsafat Jawa dalam pidato-pidatonya.

Di era Megawati, kita tidak terlalu sering mendengar ide-idenya mengenai filsafat politik selain kosa-kata Jawa yang diulang-ulang di berbagai kesempatan, yaitu “wong cilik”. Selebihnya kita tidak pernah mendengar apa pun.

Jokowi adalah penguasa pasca-Jawa. Dialah Raja Pasca-Jawa yang mendekonstruksi semua paradigma kekuasaan lama sejak Soekarno.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News