LGBT

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

LGBT
Ilustrasi LGBT. Foto: dok/JPNN.com

Di kota kecil seperti Sukabumi kelompok LSL—Lelaki Suka Lelaki—mencapai empat ribu orang. Mereka membuat situs medsos yang beranggotakan ribuan.

Secara resmi, Indonesia hanya mengakui dua gender pria dan wanita.

Namun, beberapa negara di dunia sudah mengakui dan mengakomodasi gender ketiga. Australia secara resmi mengakui gender ketiga dan bahkan ada anggota parlemen transgender.

Negara Asia yang mengakui gender ketiga adalah Nepal dan India. Di negara-negara itu pernikahan sesama jenis diakui dan disahkan oleh negara.

Di Amerika, Pete Buttigief, wali kota gay dari South Bend, Indiana, berani mencalonkan diri sebagai presiden pada pilpres 2020. Buttigieg gagal mendapatkan rekom dari Partai Demokrat, tetapi sekarang diangkat menjadi menteri perhubungan di kabinet Joe Biden.

Negara-negara Eropa dan Amerika adalah pendukung utama LGBT. Bendera pelangi logo LGBT berkibar di mana-mana. Bahkan di Amerika Mahkamah Agung sudah membuat keputusan yang melarang pemecatan praktisi LGBT dari pekerjaan atau institusi.

Fenomena LGBT akan menjadi ancaman serius di Indonesia, karena gerakan ini sudah menjadi gerakan internasional yang didukung secara terbuka dan didanai oleh perusahaan multinasional dunia.

Gerai kopi terbesar di dunia Starbucks, secara terbuka menyatakan dukungan terhadap LGBT dan pernikahan sejenis. Perusahaan multinasional raksasa yang mendukung LGBT adalah Coca-Cola, Facebook, Nike, Adidas, Google, Pepsi, Apple, Toyota, Honda, Oreo, Microsoft, Unilever, dan banyak lagi yang lainnya.

komunitas LGBT berkembang luas dan mempunyai tempat-tempat khusus untuk rendezvous.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News