Lho, Kelompok Sipil Myanmar Ikut Tolak Utusan Khusus ASEAN

Lho, Kelompok Sipil Myanmar Ikut Tolak Utusan Khusus ASEAN
Polisi Myanmar menyemprotkan kanon air ke arah pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang kudeta militer dan menuntut dibebaskannya pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, Naypyitaw, Myanmar, Senin (8/2/2021). Foto: ANTARA/REUTERS/Stringer/foc/cfo/aa.

jpnn.com, NAYPIDAW - Ratusan kelompok masyarakat sipil Myanmar menolak penunjukan utusan khusus oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dengan mengatakan organisasi regional seharusnya berkonsultasi dengan penentang junta yang berkuasa dan pihak-pihak lain.

Para menteri luar negeri ASEAN pada Rabu (4/8) menunjuk Menlu Brunei Darussalam Erywan Yusof sebagai utusan khusus untuk Myanmar. Ia akan ditugaskan untuk mencoba menyelesaikan krisis di Myanmar dengan membuka dialog dan mengawasi bantuan kemanusiaan.

"CSO Myanmar (organisasi masyarakat sipil) mengungkapkan kekecewaan yang mendalam terhadap ASEAN dan kurangnya proses pengambilan keputusan yang inklusif dan kelambanan mereka dalam menghadapi beberapa kejahatan paling keji yang dilakukan di kawasan itu," demikian isi pernyataan dari 413 kelompok masyarakat sipil, Jumat.

Baik Sekretariat ASEAN maupun Kementerian Luar Negeri Brunei Darussalam belum berkomentar. Militer Myanmar juga tidak menanggapi permintaan dari Reuters untuk berkomentar.

Kelompok-kelompok Myanmar mengatakan bahwa Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang dibentuk oleh penentang junta juga harus diajak berkonsultasi mengenai penunjukan tersebut.

Belum ada komentar dari NUG tentang penunjukan utusan itu.

Pemerintah yang dipimpin oleh panglima militer dan perdana menteri Min Aung Hlaing telah menyetujui penunjukan sang utusan, menurut laporan media yang dikendalikan pemerintah.

Myanmar berada dalam kekacauan politik sejak tentara pada 1 Februari 2021 menggulingkan pemerintah sipil terpilih Aung San Suu Kyi.

Myanmar berada dalam kekacauan politik sejak tentara pada 1 Februari 2021 menggulingkan pemerintah sipil terpilih Aung San Suu Kyi

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News