Lho, Kok Sepertinya NasDem Demen Bajak Kader Parpol Lain?

Lho, Kok Sepertinya NasDem Demen Bajak Kader Parpol Lain?
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - Pengamat politik Ari Junaedi menyoroti fenomena pindahnya para politikus ke Partai NasDem. Salah satu yang kini heboh adalah keputusan legislator Partai Amanat Nasional (PAN) Lucky Hakim yang kabarnya diberi mahar hingga Rp 2 miliar untuk pindah ke partai pimpinan Surya Paloh itu.

Menurut Ari, membajak kader partai lain yang sudah jadi memang lebih mudah ketimbang melakukan kaderisasi internal yang butuh proses dan waktu. Namun, biasanya ada hal yan tak beres di balik pembajakan itu.

“Memang yang paling mudah membajak kader parpol lain, itu pakai mahar. Itu bentuk paling mudahnya,” kata Ari, Rabu (4/7) mengomentari isu mahar bagi Lucky sebagaimana dilontarkan Ketua DPP PAN Yandri Susanto.

Namun, Lucky bukanlah politikus pertama yang hengkang ke NasDem. Sebelumnya ada Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo yang pidah dari Golkar ke NasDem.

Ada pula Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan yang semula politikus PDIP kini menjadi kader NasDem. Bahkan, Dominggus sudah menjadi ketua DPW NasDem Papua Barat.

Bupati Minahasa Utara Vonny Anneke Panambunan juga pindah ke NasDem. Sebelumnya, bupati berparas cantik itu merupakan politikus Partai Gerindra.

Ari mengatakan, sah-sah saja bagi Partai NasDem membajak kader partai lain yang sudah jadi. Namun, kata dosen di Universitas Indonesia itu, pembajakan tentu merupakan tindakan yang tak etis.

Bahkan, ada dugaan kepala daerah yang masuk Partai NasDem demi memperoleh perlindungan hukum. “Saya sering keliling dan sudah sering dapat selentingan, kalau kepala daerah bermasalah pindah ke NasDem kasusnya aman,” kata Ari.

Membajak kader partai lain yang sudah jadi memang lebih mudah ketimbang melakukan kaderisasi internal yang butuh proses dan waktu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News