Lian Gouw

Oleh: Dahlan Iskan

Lian Gouw
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Lian dibesarkan di keluarga Tionghoa golongan hollands spreken. Yang tidak mau lagi menyerap dan mempraktikkan budaya Tionghoa.

Adat istiadat di rumahnya memakai adat Belanda. Termasuk cara makan dan jenis makanannya. Mereka tidak mengenal sumpit. Sekolah pun harus di sekolah Belanda.

Di Amerika, Lian jadi orang Amerika. Saat menulis novel ini pun, suasana kebatinannya adalah ”sebagai orang Amerika yang menulis novel dengan latar belakang masa lalu Indonesia”. Judul novelnyi: Only a Girl.

Penerbit Gramedia menemukan novel itu. Lalu menerjemahkannya. Dengan judul baru, Menantang Phoenix. Gramedia lantas mengundang penulisnya datang ke Indonesia.

Saat undangan itu tiba, Lian masih benci Indonesia. Namun, dia harus datang. Untuk acara peluncuran novel terjemahan itu.

”Saya seorang penulis yang harus bertanggung jawab pada karyanya,” ujar Lian kepada saya pekan lalu.

”Saat itu saya mengunjungi Indonesia sebagai penulis Amerika yang karyanya dibeli negara asing Indonesia,” ujar Lian.

Lian menambahkan: buku saya dibeli Gramedia dan saya ”mengantar” ”anak batin” saya ke negera yang menyambutnya dengan baik.

Dari novel inilah saya jadi tahu apa beda Bandung Selatan dan Bandung Utara. Yang dibatasi rel kereta api.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News