Lian Gouw

Oleh: Dahlan Iskan

Lian Gouw
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

”Apakah nama Nana itu diambil dari ’nai nai’ yang dalam bahasa Mandarin berarti nenek?” tanya saya.

”Bukan. Nana kan hollands spreken,” katanya.

Kecintaannya yang baru pada bahasa Indonesia dia wujudkan di novel terjemahan terbaru itu: dengan judul Mengadang Pusaran. Yang diterbitkan Pustaka Kanisius, Jogjakarta, 2020.

Di novel itu Lian tidak mau menggunakan kata Indonesia yang berasal dari serapan bahasa asing. Lian minta kepada penerjemahnya harus menggunakan kata asli bahasa Indonesia. Harus 100 persen.

Lian tidak hanya cinta bahasa Indonesia. Dia juga merasa bangga dengan kekayaan bahasa Indonesia.

Saat kirim WA ke saya pun, Lian tidak mau menggunakan bahasa Indonesia serapan. Bahasa Indonesia Lian murni.

Terus terang, inilah untuk kali pertama saya membaca novel yang 100 persen bahasa Indonesia-nya asli.

Saya pun menghubungi penerjemah novel Lian: Widjati Hartiningtyas. Saya ingin tahu seberapa sulit mengikuti keinginan Lian itu.

Dari novel inilah saya jadi tahu apa beda Bandung Selatan dan Bandung Utara. Yang dibatasi rel kereta api.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News