Liang Bua, Rumah 'Hobbit Flores' yang Terus Digali

Warga pun Jadi

Liang Bua, Rumah 'Hobbit Flores' yang Terus Digali
Ilustrasi situs arkeologi. Foto: Antara
"Tapi, LB 1 juga punya karakter anatomis manusia modern. Ini yang menjadi kontroversi ahli palaeoantropologis di seluruh dunia sampai sekarang," ujar pria 55 tahun tersebut.

Sebagian ahli percaya bahwa homo floresiensis adalah spesies anyar di percabangan evolusi antara homo erectus (manusia yang pertama berjalan tegak) dengan homo sapiens atau manusia modern. Tapi, ilmuwan yang skeptis cenderung percaya bahwa kerangka kate itu bukan spesies baru. Bisa jadi itu kerangka manusia purba "bisa juga modern" yang mengalami kelainan fisik. Misalnya, cebol atau mikrosepali (volume kepala yang mengecil).

Namun, sebagai orang yang menemukan langsung kerangka tersebut, Jatmiko lebih condong ke pendapat bahwa tulang belulang manusia cebol itu adalah spesies anyar. Yaitu, homo floresiensis alias Hobbit Flores, spesies yang tak ada duanya di belahan dunia mana pun.

Jatmiko ingat betul, LB 1 ditemukan pada kedalaman 595 cm. Sebelum itu, tak ada satu ahli pun yang menggali hingga kedalaman itu. "Sebelum mencapai kedalaman itu, ada endapan abu vulkanik dengan ketebalan satu meter," tambah pria asli Jogjakarta tersebut.

Artinya, ada aktivitas vulkanik purba yang memisahkan era Hobbit Flores dengan manusia modern saat ini. Dengan kata lain, kata Jatmiko, kehidupan para Hobbit habis total karena ada letusan gunung api di era tersebut.

Di kedalaman 6 meter itu, LB 1 tak sendiri. "Kami juga menemukan individu lain," katanya. Jumlahnya enam. Tapi, tulang-tulang mereka tak komplet. Hanya ada fragmen-fragmen rahang, tulang jari, atau femur (tulang paha).

Bagi Jatmiko, ini mendukung teori bahwa Hobbit Flores bukanlah manusia cacat. Dia adalah spesies baru yang punya tata kehidupan khas di eranya. "Dia tidak menyendiri. Mereka punya tata kemasyarakatan dan aktivitas kehidupan lainnya. Sebab, di kedalaman itu kami juga menemukan ribuan artefak batu. Jadi, mereka bertani dan meramu seperti manusia modern," kata alumnus Universitas Udayana, Bali, dan Magister Universitas Indonesia, Jakarta, tersebut.

Berdasar temuan itu, tampak bahwa para Hobbit tinggal di zaman yang begitu "mengerikan". Sebab, mereka yang kate itu harus berjuang di tengah lingkungan yang juga ditinggali komodo raksasa, tikus raksasa, stegodon atau gajah cebol, hingga marabou atau bangau purba setinggi lebih dari 1,5 meter.

Kepulauan Flores memang memikat. Alamnya elok, sejarahnya juga unik. Termasuk kehadiran homo floresiensis, manusia purba bertubuh kate (kerdil) yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News