Liang Bua, Rumah 'Hobbit Flores' yang Terus Digali

Warga pun Jadi

Liang Bua, Rumah 'Hobbit Flores' yang Terus Digali
Ilustrasi situs arkeologi. Foto: Antara
Meski sudah kondang sebagai tempat penelitian dan tempat wisata, suasana Liang Bua masih terasa sepi. Kalau saja tak ada aktivitas dari Arkenas siang itu, gua besar itu bisa jadi melompong. "Yang wisata memang tak banyak. Yang sering wisata minat khusus," kata Kornelis Jaman, penjaga situs wisata Liang Bua.

Padahal, niat menjadikan Liang Bua sebagai tempat rekreasi arkeologis sudah ada. Namun, niat itu tampak tak terlampau besar. Sekitar 200 meter sebelum Liang Bua ada gapura sederhana untuk menyambut pendatang. Kantor Kornelis Jaman sendiri juga menjelma sebagai sebuah tempat pameran mini.

Di situ ada gambar-gambar sejarah Liang Bua plus patung orang kerdil setinggi sekitar 100 cm. Ada pula potret binatang purba yang pernah mendiami kawasan tersebut. Cukup apik, sayang tak banyak yang tertarik.

Siang itu Kornelis mengajak saya ke Desa Rampasasa di dekat Liang Bua. "Di situ ada keturunan orang pendek," kata Kornelis.

Memang, di Rampasasa ada beberapa orang yang tingginya hanya sekitar 140 cm. Mereka kerap dikunjungi turis, diajak berfoto, plus dikasih duit.

Namun, ajakan Kornelis saya tolak. Saya bukannya condong ke pemikiran tim Arkenas bahwa homo floresiensis sudah punah dan ada tembok waktu dari aktivitas gunung purba yang memisahkannya dengan manusia modern. Tembok waktu yang membuatnya tak mungkin beranak-pinak hingga sekarang. Saya hanya tak tega melihat orang-orang yang kebetulan tubuhnya lebih pendek lantas "dituduh" begitu saja sebagai keturunan Hobbit... (*/c2/ari)

Kepulauan Flores memang memikat. Alamnya elok, sejarahnya juga unik. Termasuk kehadiran homo floresiensis, manusia purba bertubuh kate (kerdil) yang


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News