Liburan Wu-Yi
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Ia angkatan pertama dokter spesialis yang dikirim menjadi konsultan ke Tiongkok. Satu angkatan 17 orang. Waini sudah terlaksanakan tiga angkatan.
Saya akhirnya telepon ke dokter Jagaddhito: belum tentu jadi ke Rizhao. Mencari tiket sungguh-sungguh sulit.
Kasihan teman saya yang di Tiongkok: Jannet. Dia terbebani harus dapat tiket –dengan cara apa pun.
Sambil menunggu tiket cadangan itu, saya ikut Effendi Hansen ke vihara terbesar di Shanghai: Long Hua. Masih pukul 07.00. Udara akhir April sedang sejuk-sejuknya. Paru-paru serasa mengisap oksigen satu karung. Tiap satu jam Jannet memberi info: belum dapat tiket.
Hansen adalah ketua tai chi Indonesia. Ia juga duta budaya Borobudur. Masih pula jadi salah satu ketua marga Huang di Indonesia.
Hansen rajin ke Vihara. Di negara mana pun. Hari itu Hansen ajak saya sembahyang di Long Hua.
Saya sudah begitu sering ke masjid di Tiongkok. Juga pernah ke gereja di Beijing dan Fuqing. Akan tetapi saya belum pernah ke vihara. Kalau pun pernah, itu sebagai wisatawan.
Kali ini saya ke vihara di Tiongkok sebagai pendamping jemaah yang sembahyang. Tentu saya sudah tahu bagaimana orang Buddha sembahyang. Saya sering ke vihara di Jakarta, Surabaya, Samarinda, Semarang, Palembang, dan Medan.