Lily Yulianti Penggerak Sastra Jarak Jauh

Lily Yulianti Penggerak Sastra Jarak Jauh
Lily Yulianti Penggerak Sastra Jarak Jauh
Lily Yulianti Penggerak Sastra Jarak Jauh
Foto di kegiatan MIWF 2016 Lily Yulianti (tengah) bersama penulis M. Aan Mansyur (dua dari kiri) dan produser/sutradara film AADC2, Riri Riza (dua dari kanan) dan Mira Lesmana (kanan) dan editor Gramedia Pustaka Utama, Sisca Yunita,(kiri) merayakan terjualnya lebih dari 35.000 copy buku karya M. Aan Mansyur, Tidak Ada New York Hari Ini, yang mencatat penjualan buku puisi paling laris sepanjang sejarah di Indonesia.

Foto Koleksi Rumata' Artspace/MIWF

Dalam pengalaman anda, apakah pada awalnya susah untuk mendorong para penulis muda untuk berkontribusi dalam kegiatan ini?

Kalau berbicara mengenai penulis yang diundang menghadiri Festival Penulis Makasar, sejauh ini saya tidak mengalami masalah.

Saya kira masalah sulit ketika kita menyelenggarakan sebuah festival adalah kita harus meenjermahkan semua ide di kepala kita dengan pertimbangan anggaran, kita harus mencari sponsor, mitra untuk berkolaborasi.

Karena saya mempersiapkan festival ini keitka saya sedang melanjutkan pendidikan dan sekarang tinggal di Melbourne, saya melihat semuanya lewat kaca mata berbeda dibandingkan pekerja lain yang berada di Makassar.

Kepuasaan terbesar apa yang anda dapatkan dari keterlibatan dengan berbagai proyek ini?

Proyek Panyingku adalah proyek yang berjalan selama lima tahun dan sekarang sudah selesai. Sekarang sudah ada alumniya, karena kami memberikan beasiswa untuk 7 orang citizen reporter setiap tahunnya, selama proyek ini berlangsung.

Mereka sekarang hidup di masyarakat dengan berbagai kegiatan masing-masing, ada yang bekerja, atau punya bisnis sendiri, namun juga masih melakuikan kegiatan menulis.

Memulai profesi sebagai wartawan, Lily Yulianti asal Makassar, Sulawesi Selatan, baru saja menyelesaikan pendidikan doktoral di Universitas Melbourne.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News