Liz Truss

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Liz Truss
Perdana Menteri Inggris Liz Truss. Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Phil Noble/rwa

Banyak sekali pemimpin yang melakukan pelanggaran etika tetapi masih ngotot mempertahankan kekuasaannya dengan berbagai cara.

Kasus Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan--yang menolak mundur dari jabatannya setelah Tragedi Kanjuruhan--bisa menjadi contoh bagaimana standar moral dan etika kepemimpinan di Indonesia dibanding dengan Inggris dan negara-negara demokrasi liberal lainnya.

Para elite politik sering berlindung di balik alasan bahwa tradisi mengundurkan diri tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

Ada yang bahkan mengutip pepatah Jawa ‘’tinggal glanggang colong playu’’, mengundurkan diri dari jabatan sama saja dengan menghindarkan diri dari tanggung jawab.

Hal itu sama saja dengan lari meninggalkan gelanggang perang.

Penerapan pepatah itu salah kaprah, dan hanya dipakai sebagai alasan untuk mempertahankan kekuasaan saja.

Tragedi Kanjuruhan menewaskan 133 orang dan ratusan orang luka-luka dan puluhan ribu mengalami trauma. 

Akan tetapi, ketua umum PSSI merasa bahwa dia tidak perlu mengundurkan diri.

Liz Truss memegang rekor sebagai PM Inggris dengan jabatan terpendek, memecahkan rekor George Canning yang menjadi PM selama 119 hari pada 1827.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News