Lutut Bengkak, Tiba di Finis, Eka Menangis

Lutut Bengkak, Tiba di Finis, Eka Menangis
Komunitas dokter pesepeda dari Semarang ini langsung bertugas meski malamnya baru menyelesaikan jarak 333 km Surabaya–Banyuwangi. Dipta Wahyu/Jawa Pos/JPNN.com

”Sayang kalau berhenti di jalan. Sudah ikut event sebesar ini masak berhenti,” timpal Eka.

Alasan Eka yang enggan menyerah bisa tergambar dari kesan Cipto terhadap rekan satu komunitasnya itu. Selama ini Eka tidak pernah mau ikut ajang bersepeda apa pun. Padahal, Cipto sudah berkali-kali mengajaknya. Dia tetap tidak mau. ”Mungkin karena ini yang pertama, dia ingin benar-benar menyelesaikannya sampai finis,” katanya.

Jawa Pos CyclingAudax East Java 2014 episode kedua kali ini diikuti 315 cyclist. Di antara total pesepeda tersebut, rombongan dari Semarang paling banyak. Total ada 48 cyclist asal Kota Lumpia tersebut. Perinciannya, 35 orang dari Semarang Bicycle Association (Samba) dan 13 peserta dari komunitas dokter pesepeda, Medical Doctor Bicycle Community (MeDYC).

Sebagian besar cyclist dokter itu bertugas di RSUP dr Karyadi Semarang. Meski gila bersepeda, mereka tidak mangkir dari tugas-tugas utamanya sebagai dokter. Misalnya, setelah rangkaian acara Audax East Java rampung pada Minggu malam (21/9), mereka langsung meluncur ke Surabaya. Tujuannya, mengejar pesawat pukul 07.00 dari Bandara Juanda Surabaya.

’’Kami tiba di Semarang pukul 08.00 kemarin (22/9). Kami pulang untuk ganti baju, lalu langsung berangkat ke rumah sakit. Semua kembali ke tugas masing-masing. Yang praktik ya praktik, yang operasi ya harus operasi. Pokoknya, pekerjaan jangan sampai terbengkalai,’’ kata Ardy Santosa, dokter spesialis urologi RSUP dr Karyadi.

Ardy mengungkapkan, hampir semua anggota MeDYC berhasil merampungkan rute Surabaya–Banyuwangi tanpa dievakuasi. Sebab, mereka sudah banyak berlatih sebelum mengikuti ajang long distance cycling tersebut. ”Kalau pas lagi longgar di rumah sakit, kami diskusi membahas Audax. Misalnya, bagaimana latihannya biar nanti bisa finis,’’ tuturnya.

Rombongan yang tak kalah besar lainnya adalah Samba. Komunitas pesepeda terbesar di Semarang tersebut menurunkan 35 cyclist. ’’Banyak anggota Samba lain yang ingin ikut karena mendengar cerita (serunya event itu) dari teman-temannya,” kata Sekretaris Samba Santoso.

Menurut Ketua Samba Henry Dwiyanto, kunci kelompoknya bisa merampungkan rute dua hari itu adalah tidak emosional. Banyak peserta yang emosional setiap kali disalip peserta lainnya. Terutama di tanjakan. Padahal, di tanjakan seseorang memiliki ukuran ritme sendiri dalam menyelesaikannya.

Matahari hampir tenggelam ketika Cipto S. Kurniawan merentangkan kedua tangannya ke udara saat bersepeda memasuki kawasan kantor bupati Jember, Sabtu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News