Maaf, Ini Cinta Pelarian!

Maaf, Ini Cinta Pelarian!
Maaf, Ini Cinta Pelarian!
Bung Karno semasa berkuasa lebih ekstrim. Bagi dia, tak hanya sepakbola, tapi olahraga bahkan menjadi alat politik melawan neokolonialisme. Dia keluar dari PBB. Juga memboikot Asian Games, lalu membentuk Ganefo, suatu event olahraga yang anti neokolonialisme.

Tetapi ketika Soeharto berkuasa, kita kembali ke pangkuan PBB, Asian Games - dan riwayat Ganefo pun tamat. Memang, interplay antara politik dan olahraga selalu terjadi. Inilah post-sepakbola, meski sulit menjelaskan apakah ideologi, termasuk nasionalisme, bisa mempengaruhi teknik dan strategi bermain sepakbola?

Kali ini pun kita lupa sejenak hal yang menyebalkan, seperti mafia hukum, kisah bersih-tidaknya Mahkamah Konstitusi, harga-harga yang menaik, BBM bersubsidi, ancaman krisis pangan global, maupun perilaku sebagian elit politik yang gemar "berantem" dan yang berlumur noda korupsi.

Namun harapan kini terhempas karena melambung terlalu tinggi. Walaupun timnas Indonesia menundukkan Malaysia 2-1 di partai leg II final Piala AFF 2010, namun keunggulan agregat Malaysia yang menang 3-0 di leg pertama, membuat Malaysia keluar sebagai juara.

SEPAKBOLA, ya hanya sepakbola. Tapi efeknya bisa melampaui sepakbola. Semacam postfootball, jika diambil padanannya dengan postmodernisme. Itu sebabnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News