Maaf, Ini Cinta Pelarian!

Maaf, Ini Cinta Pelarian!
Maaf, Ini Cinta Pelarian!
Tentang sepakbola, saya termasuk yang mendukung proses. Tak karena antusiasme penonton, masyarakat, para pejabat dan kaum elit, serta media cetak dan elekronik, tiba-tiba kita bisa menjadi juara.

Jangan-jangan kita semua terlalu "kejam" terhadap timnas PSSI. Syahdan, atas nama "cinta". Kita sangat posesif agar mereka meraih juara, karena mungkin kita kecewa kepada berbagai masalah bangsa. Kita butuh kehormatan dan penghormatan, minimal melalui sepakbola.

Cinta macam itu, maaf, adalah pelarian. Bahkan, pelampiasan. Sudah seberapa jauh sih kita, apalagi pemerintah dan dunia usaha membangun persepakbolaan, sementara stadion yang ideal di berbagai kota provinsi tak sampai hitungan lima jari?

Klaster sepakbola perlu lebih merata untuk menjaring pemain berbakat. Barangkali (perlu dicari) pemuda desa yang tinggal di bukit dan bolak-balik turun berjalan kaki ke kota di lembah yang rendah, sehingga fisiknya kokoh dan kuat. Pencarian bakat macam ini, agaknya, tak lagi menjadi tradisi PSSI.

SEPAKBOLA, ya hanya sepakbola. Tapi efeknya bisa melampaui sepakbola. Semacam postfootball, jika diambil padanannya dengan postmodernisme. Itu sebabnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News