Mabes Polri Diserang, Reza Punya Analisis Tajam, Ada Kalimat Bunuh Diri

Mabes Polri Diserang, Reza Punya Analisis Tajam, Ada Kalimat Bunuh Diri
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel saat menjadi narasumber Podcast JPNN.com. Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel tak sependapat penyerangan di Mabes Polri pada Rabu (31/10) sore dikatakan sebagai aksi nekat.

"Merespon aksi serangan di Mabes Polri, sejumlah kalangan menyebutnya nekat. Kata 'nekat' mengesankan pelaku tidak pakai kalkulasi," ucap Reza kepada JPNN.com.

Pakar yang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM itu malah punya penilaian berbeda terkait penyerangan di Mabes Polri.

Reza justru membayangkan aksi pelaku bukan hanya bentuk serangan terencana terhadap anggota Polri. Bukan pula sebatas ingin menjadi polisi sebagai korban.

Dia juga punya keyakinan bahwa pelaku pasti bisa membayangkan risiko yang akan dia hadapi saat menyerang di pusat jantung lembaga kepolisian.

"Jadi, serangan tersebut sekaligus merupakan aksi terencana untuk bunuh diri (suicide by cops)," ujar peraih gelar MCrim (Forpsych, master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne, Australia itu.

Sisi lain, kata Reza, apakah setiap serangan termasuk penembakan terhadap polisi bisa disebut sebagai aksi teror?

Di Amerika Serikat, katanya, mengacu The Serve and Protection Act, serangan terhadap aparat penegak hukum disebut sebagai hate crime. Bukan terorisme.

Pakar psikologi forensik Reza Indragiri sampaikan analisis tajam soal aksi pelaku penyerangan di Mabes Polri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News