Macao Po Nenek Moyang Kalijodo

Macao Po Nenek Moyang Kalijodo
Fientje de Feniks, pelacur indo yang menggemparkan di abad 20. Foto: Repro buku Jakarta Tempo Doeloe.

Gang Mangga

Macao Po berkembang. Pada 1852 pemerintah Hindia Belanda menelurkan Reglement tot wering van de schadelijke gevolde, welke uit de prostitutie voortvloeien, yang mengatur pemisahan rumah bordil tentara (gouvernementskaten) dengan rumah bordil lainnya.

Muncullah komplek pelacuran baru di Gang Mangga, sebelah timur Macao Po. Tak jauh dari stasiun Jayakarta sekarang. 

Pelacuran kelas rendah ini cukup terkenal. "Bahkan saat itu orang menyebut sakit sipilis dengan sebutan sakit mangga," tulis Lamijo dalam Prostitusi di Jakarta dalam Tiga Kekuasaan, 1930-1959

Karena mewabahnya penyakit mangga, pada 1874 pemerintah Hindia Belanda menerbitkan kebijakan yang mewajibkan para pelacur mendaftarkan diri ke polisi dan tiap pekan memeriksa kesehatannya ke dokter.

"Yang kena penyakit kelamin, dikarantina di rumah sakit. Dan tidak boleh pergi sebelum sembuh," tulis Liesbeth.

Bahkan dua tahun kemudian, pemerintah mendirikan rumah sakit khusus pelacur.

Kompleks macam Gang Mangga cepat berkembang. 

JAUH sebelum Kalijodo, arena prostitusi sudah ada di Jakarta. Bermula di sekitar Stasiun Beos Jakarta Kota, bernama Macao Po. Wenri Wanhar - Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News