Macron Klaim Prancis Telah Melewati Puncak Kerusuhan

Macron Klaim Prancis Telah Melewati Puncak Kerusuhan
Demonstran dikejar-kejar aparat kepolisian dalam kerusuhan di Kota Caen, Prancis, Jumat (30/6). Prancis dilanda gelombang protes setelah petugas polisi menembak mati remaja berusia 17 tahun bernama Nahel di Nanterre, pinggiran kota Paris pada Selasa (27/6) lalu. Foto: LOU BENOIST / AFP

Protes dimulai di Nanterre dan menyebar ke kota-kota lain pada malam berikutnya, termasuk Lyon, Toulouse, Lille, dan Marseille.

Ketegangan meningkat menyusul bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

Geoffroy Roux de Bezieux, ketua jaringan bisnis dan pengusaha Gerakan Perusahaan Prancis (MEDEF), mengatakan bahwa lebih dari 200 toko telah dijarah dan 300 cabang bank dihancurkan sejak protes dimulai, menurut laporan harian Le Parisien.

Meskipun masih terlalu dini untuk menyebut angka secara pasti, tetapi dia memperkirakan lebih dari satu miliar euro (sekitar Rp16,7 triliun) kerugian akibat demonstrasi besar-besaran itu.

"Video yang beredar di media sosial merusak citra Prancis," kata dia dalam sebuah wawancara.

Menteri Pendidikan Prancis Pap Ndiaye mengatakan kepada RTL pada Selasa bahwa 243 gedung sekolah juga rusak selama protes, termasuk puluhan bangunan yang hancur atau hancur sebagian.

Dia juga menyebutkan kerugian sekitar puluhan juta euro, dan menekankan bahwa negara akan memberikan dukungan yang diperlukan kepada otoritas lokal. (ant/dil/jpnn)

Protes telah mengguncang Prancis sejak 27 Juni 2023, ketika seorang petugas polisi menembak mati Nahel M, remaja keturunan Aljazair


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News