Macron Klaim Prancis Telah Melewati Puncak Kerusuhan

Macron Klaim Prancis Telah Melewati Puncak Kerusuhan
Demonstran dikejar-kejar aparat kepolisian dalam kerusuhan di Kota Caen, Prancis, Jumat (30/6). Prancis dilanda gelombang protes setelah petugas polisi menembak mati remaja berusia 17 tahun bernama Nahel di Nanterre, pinggiran kota Paris pada Selasa (27/6) lalu. Foto: LOU BENOIST / AFP

jpnn.com, PRANCIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa puncak demonstrasi yang dipicu pembunuhan seorang remaja keturunan Afrika Utara oleh polisi, telah berlalu.

"Kita harus mulai memulihkan tatanan yang berkelanjutan sebagai prioritas mutlak kita," kata Macron kepada 241 wali kota yang berkumpul di Istana Elysee, Paris, seperti dilaporkan BFMTV pada Selasa (4/7).

Macron menuturkan bahwa dirinya akan tetap waspada selama beberapa hari dan minggu berikutnya, tetapi menegaskan bahwa puncak demonstrasi telah berlalu.

Polisi Prancis kembali menangkap 72 orang pada Senin malam (3/7) selama gerakan protes nasional atas tewasnya seorang remaja berusia 17 tahun akibat tembakan fatal polisi pekan lalu.

Menurut angka Kementerian Dalam Negeri Prancis yang diberikan kepada harian Le Figaro, sejak 27 Juni 2023 polisi menangkap total 3.846 orang, dan hampir 5.900 kendaraan serta 1.105 bangunan dibakar di seluruh negeri.

Lebih dari 260 kantor polisi juga menjadi sasaran massa dan 808 petugas penegak hukum terluka sejak awal protes.

Protes telah mengguncang Prancis sejak 27 Juni 2023, ketika seorang petugas polisi menembak mati Nahel M, remaja keturunan Aljazair saat melakukan pemeriksaan lalu lintas di Kota Nanterre setelah dia diduga mengabaikan perintah untuk berhenti.

Petugas yang melepaskan tembakan menghadapi penyelidikan formal atas pembunuhan dan telah ditempatkan di bawah penahanan awal.

Protes telah mengguncang Prancis sejak 27 Juni 2023, ketika seorang petugas polisi menembak mati Nahel M, remaja keturunan Aljazair

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News